JMI.Com - Pada hari Sabtu(22/3/2025), konflik antara Israel dan Lebanon kembali memanas setelah Israel mengklaim telah menembak jatuh roket yang diluncurkan dari perbatasan Lebanon. Insiden ini mengancam gencatan senjata yang rapuh antara Israel dan kelompok bersenjata Lebanon, Hezbollah.
Menurut militer Israel, tiga roket diluncurkan dari daerah Lebanon sekitar 6 km dari perbatasan. Ini merupakan serangan kedua sejak gencatan senjata yang dibroker oleh Amerika Serikat pada bulan November yang lalu. Militer Israel membalas dengan tembakan artileri dan serangan udara terhadap beberapa kota di Lebanon Selatan.
Perdana Menteri Lebanon, Nawaf Salam, memperingatkan kemungkinan terjadinya operasi militer di selatan negara tersebut.
"Semua langkah keamanan dan militer harus diambil untuk menunjukkan bahwa Lebanon memutuskan sendiri masalah perang dan damai," katanya dalam sebuah pernyataan.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan bahwa pemerintah Lebanon bertanggung jawab atas serangan roket dari wilayahnya.
"Kami tidak akan membiarkan serangan roket dari Lebanon terhadap komunitas Galilea. Kami berjanji untuk memberikan keamanan kepada komunitas Galilea, dan itu akan terwujud. Aturan untuk Metula adalah aturan untuk Beirut," katanya dalam sebuah pernyataan.
Gencatan senjata yang dicapai pada bulan November yang lalu telah mengakhiri serangan udara dan operasi darat Israel di Lebanon, serta serangan roket harian Hezbollah ke Israel. Namun, kedua belah pihak telah menuduh satu sama lain tidak memenuhi kesepakatan tersebut secara penuh. Israel mengklaim bahwa Hezbollah masih memiliki infrastruktur militer di selatan, sementara Lebanon dan Hezbollah mengklaim bahwa Israel terus menduduki tanah Lebanon dengan melakukan serangan udara dan mempertahankan pasukan di lima posisi puncak bukit dekat perbatasan.
*sumber berita Reuters.
Bayu N'Plus.
0 komentar :
Posting Komentar