JMI.Com - Bang Jemi termangu-mangu membaca berita di media massa online yang lagi berlomba merilis berita tentang pagar laut. Sebagai rakyat jelata yang pengetahuannya hanya sekitar cara agar dapur tetap ngebul menjadi bingung tentang pagar laut. Menurutnya pagar itu merupakan pembatas antara properti pribadi dan umum, melindungi area dalam yang dibatasi. Tapi nampaknya pagar laut itu seperti pagar makan tanaman jadinya. Nelayan jadi merugi, merugikan ekosistem laut.
Ah,,entahlah, bukan urusan saya, pikir Bang Jemi. Lantas diliatnya lauk yang masih utuh di etalase wartegnya.
" Tumben sepi banget hari ini, sudah jam 12 belum ada pembeli lagi ", desahnya. Pagi memang ada beberapa pembeli yang beli makan tapi dibungkus.
" Woiii,,,,melamun aja !", tiba-tiba Bakri si pengangguran kelas berat mengagetkannya. Tanpa basi-basi lansung buka kaleng krupuk, ambil satu seperti kebiasaannya.
" Ah,,,salam kek....ngagetin aja. Kemaren belum dihitung tuh krupuknya !", hardik Bang Jemi.
" Yaelah,,,krupuk baru 2, tenang Bang Jemi, ntar kalau cair nih bansos BST, saya bayar semua ", tukas Bakri.
" Emang kamu dapat bansos BST ?", tanya Bang Jemi.
" Ya dapat dong, kan saya akrab sama Pak RT ", jawab Bakri sambil nuang air putih di gelas.
" Lah,,,itu Pak Rojali sampai sekarang belum dapat, padahal memenuhi syarat ", tukas Bang Jemi.
" Soal itu saya tidak tahu ", ucap Bakri.
Bang Jemi heran, ada beberapa warga yang layak dapat bansos BST malah tidak masuk dalam penerima bantuan, tapi beberapa yang kehidupannya layak malah dapat bantuan.
" Heran juga nih penerima bansos BST. Pak Sahrun, Bang Kamal, Pak Dulah dan beberapa lagi yang hidupnya dapat dikatakan layak malah dapat bansos BST juga ", ungkap Bang Jemi.
" Oh...orang-orang itu kan ada yang masih kerabatnya Pak RT dan ada juga yang dekat sama Pak RT ", ucap Bakri.
" Bang,,makan dong, lauknya ceplok telur aja deh sama kuah sayur tahu ", lanjut Bakri.
Bang Jemi bangkit ke rak piring lalu mengambil nasi, ceplok telur, sesuai pesanan Bakri.
Dalam pikirannya masih memikirkan soal bansos, ketua RT saja bisa " bermain " menguntungkan kelompoknya, saudaranya, menyembunyikan keadaan yang sebenarnya apalagi pejabat yang diatas sana. Pantaslah pagar laut yang sedemikian kasat mata, terbentang 30km tidak terlihat sama pejabat yang berwenang. Setelah viral baru pada komentar dan saling sibuk klarifikasi lalu berjanji menuntaskan. Kenapa nunggu viral, selama ini kemana saja?. Lantas para tokoh, pakar dan politisi ramai-ramai ikut memanfaatkan momen yang manis ini. Bang Jemi semakin bingung , pikiran dan wawasannya tidak sampai ke hal-hal semacam itu.
Dilihatnya Bakri makan dengan lahap sampai keringat mengalir di jidatnya.
" Assalamualaikum !",
" Waalaikumsalam ", jawab Bang Jemi dan Bakri bersamaan.
" Eh, Kang Wardi. Loh dimana gerobak baksonya ?", tanya Bang Jemi sambil ke depan wartegnya.
" Libur hari ini, kalau sore hujan terus. Jalanan becek. Tahu sendiri, dari jalan sini sampai ke simpang sana, ada galian proyek entah apa tidak kunjung selesai ", jelas Kang Wardi.
" Itu sudah 5 bulan Kang", timpal Bakri.
" Itu bikin heran, jalan sepanjang itu, dipagari seng, tanah bekas galian meluber kena air hujan.
Lama juga proyek itu. Apa sih yang dikerjakan, papan keterangan juga tidak ada. Seperti proyek siluman saja ", kata Bang Jemi.
" Iya betul. Herannya,sebelumnya ada juga proyek galian kabel. Ya gitu juga penyelesaian asal aja, jalan yang sudah mulus jd tidak mulus lagi ", Kang Wardi menimpali Bang Jemi.
" Belum juga menikmati jalan tanpa halangan, lalu tidak lama ada lagi proyek di jalan, haduhh,,tidak pernah selesai.
Hampir sepanjang tahun tidak pernah menikmati jalan yang mulus tanpa gangguan ", sahut Bakri sambil comot tempe.
" Itulah kenapa para instansi terkait tidak koordinasi yang baik. Jalan sudah diaspal mulus, lalu dibongkar proyek galian kabel, ini itu sampai rusak lagi. Tidak lama ada lagi proyek ini itu, kasihan juga jalan ", ucap Kang Wardi.
" Seperti yang rebutan proyek, dan berkesan harus ada proyek biar duit turun ", kata Bakri sok tahu.
" Ya entahlah, baik jalanan atau rakyat bawah seperti kita emang bernasib sama.
Banyak para pemangku kebijakan yang menyembunyikan maksud dan tujuan menjadi misteri ", ucap Bang Jemi.
" Pat gulipat tipu muslihat penjual obat ", sahut Bakri.
Sore telah menjelang, hujan deras turun. Disana, tempat proyek galian di jalan, tanah mengalir bersama air menggenangi jalan sebelahnya yang sempit karena terpotong pagar proyek galian. Licin dan berbahaya bagi pengendara yang melintas
By: Bayu N'Plus.
0 komentar :
Posting Komentar