Jakarta, JMI - Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto
tidak membantah soal isu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang selalu
dikaitkan dengannya, terutama jelang pemilihan presiden.
Kata dia, isu tersebut sudah melekat padanya sejak 2004 lalu. Setiap kali dia
maju dalam Pilpres isu tersebut akan muncul, terutama saat hasil survei
memperlihatkan elektabilitasnya yang mulai meroket.
"Memang tiap kali saya ikut, apalagi kalau angka polling saya agak bagus,
ya mulai keluar HAM dan sebagainya. Saya kira dalam kehidupan politik di
mana-mana itu biasa. Apalagi dalam demokrasi liberal, lawan itu harus kita
turunkan popularitasnya," katanya.
Ketika isu tersebut membuat suara pemilihnya terjun bebas, Prabowo mengaku tak
bisa apa-apa. Dia juga tak bisa memaksakan kehendaknya terhadap orang lain,
apalagi Indonesia negara demokrasi yang memberikan kebebasan mutlak kepada
rakyat untuk memilih pemimpin.
"Bahwa ini demokrasi, kalau rakyat percaya semua tudingan-tudingan itu, ya
rakyat enggak usah pilih saya, selesaikan?" katanya.
Dalam kesempatan itu, dia juga tak mempermasalahkan soal dirinya yang selalu
kalah ketika maju dalam Pilpres, baik sebagai calon presiden maupun calon wakil
presiden. Bahkan saking seringnya kalah, olok-olokan pun kerap muncul yang
lagi-lagi tak dipermasalahkan.
Kata dia, ejekan yang diterima tak ada apa-apa jika dibandingkan dengan
penderitaan yang dirasakan masyarakat selama ini. Oleh karena itu, alih-alih
memikirkan semua ejekan, dia memilih berbuat baik untuk negara.
"Ada hal-hal lebih penting di dunia ini, di hidup ini, rakyat kita banyak
menderita lebih daripada sekadar saya disakiti, jadi saya berpikir sisa hidup
saya ingin berbuat yang baik," katanya.
Total ada tiga Pilpres yang telah diikuti Prabowo. Pertama pada 2008 dia maju
sebagai cawapres mendampingi Megawati dan kalah.
Kedua, pada 2014 maju sebagai capres dan cawapresnya Hatta Rajasa, dan kalah.
Lalu, ketiga pada 2019 maju sebagai capres dan cawapresnya Sandiaga Uno, dan
kalah.
Sumber : CNNIndonesia
0 komentar :
Posting Komentar