JEPARA, JMI - Penyulutan api daun pisang dan pelepah daun kelapa menandai dimulainya tradisi perang obor di Desa Tegalsambi, Kabupaten Jepara, Senin (5/6) malam. Sebanyak 40 peserta yang telah menggenggam obor saling pukul tanpa memilih lawan.
Sorak penonton membakar semangat para peserta hingga membuat suasana kian meriah. Untuk menjadi peserta perang obor dibutuhkan nyali besar karena yang dihadapi pukulan kobaran api dari obor.
Untuk menghindari luka bakar yang serius, para peserta telah melindungi seluruh tubuh dengan pakaian berlapis lengan panjang dilengkapi caping.
Sementara ribuan penonton
yang memadati tepian jalan, harus waspada untuk menghindari percikan api. Usai
perang obor berlangsung, para peserta dan penonton yang mengalami luka bakar
mengolesi dengan ramuan obat tradisional dari campuran minyak kelapa dan bunga
mawar.
“Tradisi perang obor berawal dari cerita rakyat adanya wabah penyakit yang
menyerang hewan ternak warga setempat,” kata Kades Tegalsambi, Agus Susanto.
“Penyakit hewan ternak sembuh setelah dua tokoh Mbah Gemblong dan Kiai Babatan terlibat saling pukul dengan menggunakan obor dari pelepah kelapa dan daun pisang yang dibakar,” katanya.
Perang obor menjadi bagian tradisi sedekah bumi warga Desa Tegalsambi Jepara yang digelar setiap tahun tepatnya hari Senin pahing di bulan Zulkaidah.
Tradisi ini menjadi warisan leluhur yang harus dijaga karena telah menjadi aset budaya daerah dan nasional.
Karena kemeriahannya, perang obor mampu menggerakkan destinasi wisata lain yang ada di Desa Tegalsambi termasuk di antaranya wisata pantai.
Sumber: Inews / Ahmad Antoni
Editor: Saddam
0 komentar :
Posting Komentar