Sukabumi JMI, Kondisi pilu dialami puluhan siswa di SDN Suradita, Kabupaten Sukabumi. Mereka harus rela belajar beralaskan tanah, berdinding bilik, dan beratapkan terpal. Kondisi tersebut karena bangunan sekolah yang mulanya layak kini rusak karena bencana pergerakan tanah.
Lokasi sekolah itu berada di pelosok perbatasan Kabupaten Sukabumi dengan Kabupaten Cianjur, tepatnya di Kampung Suradita, Desa Ciengang, Kecamatan Gegerbitung. Selain sekolah, sebagian pemukiman di sana juga terdampak pergerakan tanah dan ditinggalkan pemiliknya.
Salah satu siswa kelas 3 SD, Wina Sri Wahyuni mengatakan kondisi sekolah yang ditempatinya saat ini kurang nyaman. Jika turun hujan, tanahnya berlumpur sedangkan siswa hanya duduk di bangku tanpa ada meja.
"Tanahnya becek, ada bangkunya (saja). Pengennya bangkunya banyak, mejanya banyak. Kalau hujan gelap (tidak ada listrik)," kata Wina kepada detikJabar di lokasi, Selasa (10/1/2023).
Wina yang masih berusia sembilan tahun itu juga dengan polosnya meminta kepada orang nomor satu di Indonesia untuk memberikan sekolah yang baru bagi teman-temannya belajar. Di masa yang akan datang, bocah tersebut bercita-cita ingin menjadi tentara.
"Sekolah lamanya rusak kena bencana, jadi sudah nggak bisa dipakai lagi. Sudah dua hari sekolah di sini, kemarin-kemarin nggak sekolah. Pak Jokowi, aku pengen sekolah baru," ungkapnya.
Sementara itu, Guru Honorer SDN Suradita, Yayan Maryanah juga merasa tak tega saat melihat murid-muridnya harus belajar dengan keterbatasan. Meski demikian, ia terus memberikan motivasi kepada siswanya untuk tetap semangat belajar.
"Sebetulnya saya sebagai guru merasa sedih sekolah seperti ini. Apa boleh buat, sebelum ada bantuan dari pemerintah ya seperti ini dulu. Kadang-kadang kita sedihnya lihat anak-anak, tetap semangat saja sampai hari ini," kata Yayan.
Sekolah darurat itu dibangun di atas tanah Perhutani dengan luas sekitar 8x12 meter. Di dalamnya terdapat empat ruangan, dua di antaranya disekat menggunakan bilik bambu untuk dua kelompok belajar.
Kepala Sekolah SDN Suradita Edi Junaedi mengatakan, siswa telah mengikuti pembelajaran di sekolah bilik bambu itu selama dua hari. Menurutnya, sekolah bilik bambu itu justru lebih aman dibandingkan dengan bangunan sekolah yang dulu.
Dia juga mengungkapkan, pemindahan siswa belajar ke sekolah bilik itu atas dasar keamanan. Pasalnya, bangunan sekolah permanen telah retak dan nyaris ambruk.
"Kami lakukan ini atas musyawarah kebersamaan karena kondisinya di sekolah yang lama itu bangunan sudah retak lalu tanahnya ada yang pergerakan, ada juga yang anjlok, pernah juga kejadian anak masuk ke dalam lubang sehingga kami tidak mau mengambil risiko, kami musyawarah untuk membuat sekolah darurat ini," kata Edi.
dtk/JMI/Red.
0 komentar :
Posting Komentar