presiden jokowi meminta jajaranya untuk menghitung pasokan pangan cadangan nasional/net
JAKARTA, JMI – Presiden Joko Widodo memberi peringatan akan ancaman krisis pangan menjadi ancaman sosial dan politik. Oleh karena itu ia meminta agar cadangan beras dapat di hitung dari sekarang.
"Krisis pangan hati-hati mengenai ini karena nanti bisa
larinya masalah sosial dan politik sehingga utamanya yang berkaitan dengan
beras betul-betul hitung semuanya itu, betul-betul hitung" ujar Jokowi .
Ia mengingatkan jangan sampai pemerintah salah hitung
mengenai ketersediaan pasokan beras sehingga menyebabkan kenaikan harga yang
dapat melambung tinggi.
"Jangan sampai perhitungan kita keliru sehingga kita
tidak menyiapkan Reserve (atau) cadangan. Pada suatu titik cadangan kita habis
dilihat oleh pedagang dan akhirnya harga beras pasti akan naik" ujarnya.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini untuk kesekian kalinya
mengingat bahwa dunia masih belum tidak baik-baik saja untuk itu ia meminta
jajaranya untuk memperhitungkan dengan benar dan membuat kebijakan yang terkait
untuk kehidupan jutaan orang banyak.
Kuncinya ada pada kolaborasi antara kementerian dengan
lembaga dan jangan terjebak pada egosektoral, lakukan konsolidasi data,
konsolidasi policy, dan konsolidasi dalam pelaksaan implementasi.
Kepala badan pangan nasional (BPN) Arif Prasetyo Adi
mengatakan cadangan pangan di bulog dan BUMN pangan sedang kritis.
Cadangan bahan pangan yang ada pada pemerintah yakni, beras,
gula pasir, daging kerbau, dan sedikit minyak goreng.
"Untuk cadangan pangan di Bulog dan BUMN pangan ini
memang saat ini kita hanya punya beras, gula pasir, daging kerbau, ya sedikit
di minyak goreng" ujar Arif
Rincian pangan yang di miliki oleh pemerintah yaitu beras
sebanyak 515.119 ton, kebutuhan bulanan nasional untuk beras yaitu 2,5 juta
ton, sekarang pemerintah hanya mempunyai cangan sebesar 21% persen dari
kebutuhan nasional.
Sedangkan untuk gula pasir, pemerintah lewat Bulog, ID Food,
dan PTPN memiliki total stok 393.141 ton dari kebutuhan bulanan nasional
sebesar 268.241 ton. Jumlah ini surplus atau mencapai 147 persen dari
kebutuhan.
FAR/JMI/RED
0 komentar :
Posting Komentar