Jakarta, JMI - Temuan trem kuno di balik proyek MRT Jakarta memiliki riwayat yang sangat panjang. Kisahnya bermula dari gerbong yang ditarik kuda hingga menjadi sebuah kereta ringan bertenaga listrik.
Salah satu tim arkeolog yang menangani temuan di proyek MRT Fase II Charunia Arni Listya D membeberkan perjalanan jalur trem yang ditemukan di proyek MRT Jakarta Harmoni. Riwayat jalur trem itu diketahui dimulai sejak tahun 1869, tepat saat Belanda berkuasa di Hindia Belanda dan Jakarta masih bernama Batavia.
Awalnya, bukan berbentuk trem, melainkan gerbong-gerbong angkutan penumpang dan barang yang ditarik kuda. Hanya saja gerbong itu ternyata menyebabkan banyak masalah. Mulai dari banyaknya kuda yang mati kelelahan hingga masalah kebersihan kota.
"Kita menemukan struktur rel trem yang jaringannya sudah ada sejak tahun 1869, tapi masih trem kuda waktu itu. 2-3 gerbong ditarik kuda dengan beban berat. Pada saat itu banyak kuda mati, dan kejadian itu diprotes banyak orang Eropa. Sekitar 200-an kuda mati saat itu," ungkap arkeolog yang akrab disapa Lisa itu di lokasi penemuan trem di kawasan Harmoni, Jakarta Pusat, Rabu (16/11/2022).
"Di sisi lain, wajah kota jadi nggak bersih karena kotoran kuda sepanjang jalur trem," lanjutnya.
Melihat permasalahan yang terjadi, pemerintah Belanda saat itu mengubah jalur trem yang tadinya diangkut makhluk hidup dengan trem bertenaga uap di sekitar penghujung 1880-an.
"Lokomotif diimpor dari Jerman, gerbongnya dari Belgia dan Belanda. Tenaganya pakai ketel uap yang diisi tenaga uap tegangan tinggi di tiap depo uap," jelas Lisa.
Namun, masalah kembali muncul pada trem dengan lokomotif uap. Paling sering terjadi adalah trem yang mogok saat musim hujan tiba karena kedinginan.
"Seringkali tremnya mogok juga, apalagi kalau kena udara dingin saat musim hujan," sebut Lisa.
Maka muncul usulan untuk menggunakan rel trem listrik, usulan itu kembali disuarakan oleh pemerintah Belanda di penghujung 1920-an. Maka dari itu, mulai tahun 1930 pemerintah Hindia Belanda mulai melakukan elektrifikasi trem di Batavia.
"Elektrifikasi rel trem uap berlangsung selama 2-3 tahun, setidaknya 1934 ketika semua permasalahan dengan wilayah selesai. Elektrifikasi rel trem selesai. Nah inilah yang saat ini yang kita lihat adalah rel trem listrik," ujar Lisa.
Trem listrik itu ternyata terus digunakan, bahkan setelah Indonesia merdeka di tahun 1945. Setidaknya trem listrik terus digunakan sampai awal 1960-an.
Trem 'Dikubur' Paska RI Merdeka
Di tahun-tahun ini lah menurut Lisa rel trem listrik yang bersejarah itu
menjadi terkubur di bawah jalan Jakarta. Jadi saat itu, menurut Lisa,
pemerintah Jakarta ingin menghentikan operasional trem yang sudah ada sejak
zaman Belanda tersebut.
Kebetulan saat itu trem banyak diprotes penggunaannya. Salah satunya karena
rawan menimbulkan kecelakaan. Apalagi di tengah meningkatnya kepadatan di lalu
lintas Jakarta.
Saat itu trem dioperasikan oleh Perum PPD, bekas perusahaan Belanda yang
dinasionalisasi setelah Indonesia merdeka. Nah PPD dan Pemerintah Jakarta
sepakat untuk meniadakan trem, kemudian digantikan jadi bus.
"Trem itu dulu banyak diprotes orang. Jalannya cepet, berhentinya
sembarangan jadi banyak kecelakaan. Akhirnya ditiadakan oleh PPD dan diganti
bus," ungkap Lisa.
Namun, setelah operasi trem berhenti, relnya jadi nganggur. Karena pemindahan
rel memakan uang banyak, maka dari itu rel trem yang sudah ada 'dikubur'.
Jakarta pun saat itu memang sengaja melakukan peninggian jalan untuk menyambut
pesta olahraga internasional.
"Jalurnya tidak dibongkar untuk hemat biaya melainkan langsung aja ditutup
aspal," kata Lisa.
Setelah lama terkubur, kini jalur rel trem zaman Belanda itu kembali muncul dan
menjadi aset cagar budaya yang harus dilestarikan. Maka dari itu, PT MRT
Jakarta harus mengamankan rel trem kuno itu.
Dari keterangan MRT Jakarta, terdapat enam titik eskavasi rel trem di area pembangunan
CP202 dari total delapan titik ekskavasi yang dilakukan. Mulai dari area
pembangunan Stasiun Harmoni sebanyak dua dari tiga titik, area pembangunan
Stasiun Sawah besar dua titik, dan area pembangunan Stasiun Mangga Besar dua
dari tiga titik.
Secara umum, rel trem ditemukan di kedalaman 27 cm. Setidaknya kurang lebih ada
118 span rel atau sepanjang 1,4 km yang ditemukan di proyek MRT Jakarta. Temuan
ini akan direlokasi dan dilestarikan dengan baik oleh MRT.
Komponennya terdiri dari batang rel, lempengan penyambung batang rel, bantalan
rel yang terbuat dari kayu dan baja, baut dan sekrup, serta penambat rel dan
batuan ballast. Selain span rel, tim juga menemukan wesel rel atau sarana
pemindah jalur kereta.
DTK/JMI/RED
0 komentar :
Posting Komentar