Presiden Vladmir Putin (kiri) dan Presiden Xi Jinping (kanan) kedua presiden negara kuat ini terlihat saling senyum dan harmonis
JAKARTA, JMI -- Keakraban terlihat dalam pertemuan dua
pemimpin yang telah lama bersahabat, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden
China Xi Jinping, di sela-sela pertemuan Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO)
yang dilangsungkan di Uzbekistan.
Ini adalah pertemuan kedua antara Xi dan Putin pada tahun
ini, setelah terakhir bertemu di Olimpiade Musim Dingin di Beijing pada
Februari lalu.
Kedua berjabat tangan erat tanpa jarak, bahkan
tanpa mengenakan masker.
Keduanya saling menyapa, untuk kemudian larut
dalam percakapan serius tentang banyak hal, antara lain perang Ukraina, prinsip
Satu-China, dan posisi seimbang masing-masing pihak, serta berjanji untuk
selalu menyuntikkan stabilitas dalam dunia yang saat ini bergejolak.
Xi tiba di Samarkand, Uzbekistan, pada Rabu malam
(14/9), setelah sebelumnya melakukan kunjungan ke Kazakhstan. Itu adalah
perjalanan luar negeri pertamanya sejak pandemi Covid-19.
Pertemuan keduanya menjadi sorotan para pemimpin
yang hadir. China adalah sekutu dekat Rusia yang hingga saat ini menolak untuk
memberikan sanksi terhadap Moskow atas invasi Rusia di Ukraina.
Dalam pertemuan itu, Xi mengatakan bahwa China
akan mendukung kepentingan inti Rusia dan persahabatan mereka tidak memiliki
batas, meski sempat sedikit terganggu oleh kenekatan Rusia yang meluncurkan
invasinya ke Ukraina.
Ketika Putin menghadiri Olimpiade Musim Dingin di
Beijing, Februari 2022 lalu, Xi sempat mengingatkan Rusia agar menahan
diri, tetapi nyatanya, invasi bergerak hanya beberapa hari setelah Olimpiade.
Xi yang menyapa Putin sebagai "teman
lama" saat menjabat tangannya pada pertemuan Kamis itu, mengatakan
sekali lagi bahwa China bersedia bekerja sama dengan Rusia untuk menyuntikkan
stabilitas ke dunia yang bergejolak, dan memperdalam lagi hubungan bilateral
mereka.
China juga telah melihat hubungannya dengan Barat,
terutama AS, memburuk dalam beberapa bulan terakhir menyusul ketegangan atas
Taiwan.
Putin mengatakan ia menghargai posisi netral China
tentang Ukraina, dan bahwa Moskow tetap mendukung prinsip "Satu
China" dan menentang provokasi oleh AS di Selat Taiwan.
Para pengamat mengatakan, pertemuan tatap muka
kedua pemimpin itu terjadi pada saat yang rapuh bagi kedua pemimpin, di mana
China sedang diberondong AS dan sekutunya tentang persoalan Taiwan, dan Putin
yang sedang dikecam dunia akibat perang Ukraina.
Namun, pertemuan itu juga sekaligus menguji
seberapa tak terbatas persahabatan itu sebenarnya, menurut para pengamat.
SCO merupakan organisasi antarabangsa di kawasan
Asia yang beranggotakan China, Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan dan
Uzbekistan. Kecuali Uzbekistan, semua negara lainnya sebelumnya merupakan
anggota Shanghai Five yang didirikan tahun 1996. SCO dideklarasikan pada
tanggal 15 Juni 2001 setelah Uzbekistan bergabung.
Fokus awal SCO adalah memerangi ideologi ekstremis dan
terorisme di Asia Tengah. Tujuannya sejak itu diperluas ke kerja sama ekonomi
dan bekerja dengan badan-badan global termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Tetapi banyak juga yang melihatnya sebagai tantangan bagi tatanan dan institusi
yang dipimpin Barat.
RMOL/JMI/RED
0 komentar :
Posting Komentar