|
PT PLN (Persero) menyatakan uji coba pengalihan kompor LPG 3 kg ke kompor listrik tetap berjalan, meski program tersebut telah dibatalkan/net |
JAKARTA, JMI -- PT PLN (Persero) menyatakan uji coba pengalihan kompor LPG 3 kg ke kompor listrik tetap berjalan, meski program tersebut
telah dibatalkan.
Direktur Distribusi PLN Adi Priyanto mengatakan pihaknya akan
terus memantau proses uji coba dan melaporkan hasilnya kepada pemerintah.
"(Uji coba) jalan. Kami melihat nanti
perilaku dari pelanggan seperti apa. Kita catat kelebihan kelemahannya apa, dan
tentunya nanti akan kita laporkan ke pemerintah," ujarnya di Kementerian
BUMN, Kamis (29/9).
Ia
juga mengatakan target distribusi kompor listrik sebanyak 300 ribu unit tahun
ini dibatalkan. "300 ribu enggak jadi ya," ujarnya.
Sebelumnya,
PLN membatalkan program pengalihan kompor LPG 3 kg ke kompor listrik. Langkah
ini diklaim demi menjaga kondisi ekonomi masyarakat usai pandemi covid-19.
"PLN
memutuskan program pengalihan ke kompor listrik dibatalkan," ujar Direktur
Utama PLN Darmawan Prasodjo melalui keterangan resmi yang dikutip, Rabu (28/9)
lalu.
Program
ini diduga batal setelah mendapat kritik dari berbagai pihak.
"Memang
ada gejolak di masyarakat ini akhirnya kebijakan (kompor listrik)
dibatalkan," kata Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan kepada awak media
Benar
saja, kritikan kompor listrik memang disampaikan oleh banyak pihak, tak
terkecuali para anggota dewan. Salah satunya anggota Komisi VII DPR RI Mulan
Jameela yang menilai kompor listrik tidak cocok untuk masakan Indonesia.
Kritik
itu disampaikan Mulan berdasarkan pengalaman pribadinya. Ia mengaku tak bisa
lepas dari kompor gas, meskipun sudah memiliki kompor listrik.
"Ini
saya jujur ya, kapasitas saya sebagai anggota dewan dan sebagai emak-emak. Kami
di rumah saja punya kompor listrik tetap tak bisa lepas dari yang gas karena
masakan Indonesia ya beda bukan masakan orang bule yang pancinya ya seukuran
begitu saja," tutur Mulan, Jumat (23/9).
Asosiasi
Serikat Pekerja Indonesia (ASPEK Indonesia) pun menolak rencana konversi kompor
listrik dan meminta pemerintah tak memaksa masyarakat untuk beralih.
Presiden
ASPEK Indonesia Mirah Sumirat khawatir konversi dari LPG 3 kg ke kompor listrik
nantinya jadi dalih oleh pemerintah untuk memaksa masyarakat menaikkan daya
listrik dari 450 VA ke 900 VA yang pada ujungnya memberatkan tagihan.
Kalau
benar demikian, beban hidup masyarakat yang belakangan ini semakin meningkat
akibat kenaikan harga bahan pokok dan BBM akan semakin berat.
"Pemaksaan
penggunaan kompor listrik sama saja memaksakan masyarakat untuk menaikkan daya
listrik menjadi 900 VA. Karena daya listrik 450 VA yang selama ini banyak
digunakan oleh masyarakat, pasti tidak akan kuat jika harus dipaksakan dengan
tambahan penggunaan kompor listrik," kata Mirah.
Tak
ketinggalan, berbagai kritikan juga datang dari masyarakat melalui komentar di
sosial media twitter.
Menurut
akun @Nisatyas,
masalah utama pada kompor induksi, yaitu perangkat masak yang harus diganti
seluruhnya dari tradisional menjadi perangkat yang sesuai spesifikasi.
"Masalah
utama kompor induksi adalah initial cost. Panci harus ganti
semua (dan panci induksi sangat mahal). Banyak perangkat tradisional tidak compatible. Alat masak pun
harus disesuaikan dan kalau mati lampu enggak bisa masak. Siap jamin pasokan
listrik stabil?" ujarnya mempertanyakan.
Ada
pula warganet yang menilai kompor induksi layak digunakan untuk jenis makanan
yang simple dan proses memasak sebentar. Beda halnya dengan jenis masakan
Indonesia, bahkan berdampak boros energi.
"Induksi
ya karena jenis makanannya yang simpel dan proses memasaknya sebentar. Hal itu
agak sulit diterapkan ke masakan Indonesia yang kebanyakan proses masaknya lama.
Pemerataan panas pada kompor induksi enggak cocok dengan masakan Indonesia.
Malah akan lebih boros energi listrik," ujar akun @nurfiadi1.
CNNI/JMI/RED
0 komentar :
Posting Komentar