Jakarta JMI, Fenomena suar Matahari kuat menghantam Bumi dan mengacaukan sinyal di Eropa dan Afrika pada Jumat (26/8) lalu.
"Sunspot AR3089 bergerak dengan serangkaian semburan matahari kelas M [sedang] yang semakin intensif," kata SpaceWeather.com pada Jumat (26/8).
Solar Dynamics Observatory Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menangkap suar yang sangat kuat pada pukul 07:16 EDT (18:16 WIB). Suar Matahari ini disebut membuat masyarakat di Eropa dan Afrika mengalami pemadaman radio singkat, seperti dikutip Live Science.
Aktivitas matahari cukup kuat dalam beberapa waktu ke belakang, setelah bintang ini mengeluarkan sederet cuaca luar angkasa yang menandai dimulainya aktivitas maksimum siklus 11 tahunan Matahari.
Samantha Cristoforetti dari Badan Antariksa Eropa yang tengah berada di luar angkasa pada awal pekan lalu mengatakan dirinya melihat sejumlah aurora di kutub utara dan selatan Bumi.
Fenomena langit yang disebabkan cuaca luar angkasa ini bahkan terlihat dari luar angkasa, menandakan fenomena yang sangat kuat.
Sebagian besar cuaca luar angkasa biasanya memberi pertunjukan luar biasa bagi orang-orang di atau dekat Bumi, tetapi beberapa badai yang sangat kuat dapat merusak saluran listrik, satelit, dan infrastruktur vital lainnya yang menjadi tumpuan teknologi planet kita.
Matahari lebih rentan terhadap temper tantrum ketika mencapai aktivitas maksimumnya, karena bintik matahari menyebar di permukaan dan garis magnet berputar dan patah. Badai Matahari yang mengarah ke Bumi dapat menyebabkan aurora, pemadaman, dan efek lainnya.
Selain pada Jumat (26/8), suar Matahari juga diketahui menghantam Bumi pada Senin (29/8). Suar Matahari kelas M8 tersebut menghantam Bumi pada 7:07 a.m. EDT (18:07 WIB), seperti dikutip Space.
Sebagai informasi, para ilmuwan mengurutkan suar Matahari dalam lima kategori huruf, di mana M adalah yang terkuat keempat. Dalam setiap kategori, angka yang lebih tinggi mewakili ledakan yang lebih besar.
Sumber : CNN Indonesia
0 komentar :
Posting Komentar