JAKARTA, JMI -- Pengendalian laju inflasi nasional tengah menjadi salah satu fokus untuk mencegah Indonesia masuk ke jurang krisis ekonomi. Inflasi pangan, yang paling rentan mengalami lonjakan di tengah kenaikan harga komoditas global perlu menjadi perhatian.
Kepala BBSDMP Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi, mengatakan strategi pengendalian inflasi pangan turut menjadi fokus utama untuk mengamankan posisi Indonesia.
Kementan, kata Dedi, sejak jauh
hari telah mewaspadai krisis pangan global yang sudah
melanda sejumlah negara. Ia menyebut, setidaknya ada 32 negara yang dalam
kondisi kejatuhan.
Krisis ekonomi yang terjadi hampir seluruhnya diawali dengan
krisis pangan dalam negeri, diikuti krisis moneter, sosial dan politik, HAM dan
keamanan, hingga krisis kepercayaan rakyat kepada pemimpinnya.
"Strategi pertama kita inflasi harus dikendalikan. Kalau
tidak terkendali, itu akan diikuti krisis-krisis dimensi yang lain," kata
Dedi dalam webinar yang digelar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI),
Jumat (6/8/2022) malam.
Di sisi lain, ia mengungkapkan, pemerintah terus mendorong para
petani maupun pelaku usaha sektor pertanian untuk melakukan subsitusi bahan
baku impor. Langkah ini menjadi momentum di tengah kenaikan harga komoditas
dunia yang berdampak pada harga dalam negeri.
"Bukan hanya menggenjot produksinya, tapi olahannya juga
bahkan hingga pemasaran pangan lokal," kata dia.
Lebih jauh, ia mengatakan, pemerintah selalu berkeinginan untuk
dapat melakukan ekspor produk pertanian Indonesia. Restriksi pangan dunia yang
dilakukan sejumlah negara dapat menjadi pintu bagi Indonesia untuk masuk
mengisi pasar-pasar yang kosong.
Di tengah harga pangan yang tinggi dan pasokan yang terbatas,
ekspansi ekspor secara ideal semestinya bisa meningkatkan kesejahteraan para
petani dan peterna sebagai produsen pangan di hulu.
"Ini kesempatan kita setelah bisa memenuhi pasar dalam
negeri, kita bisa ekspor. Terutama sarang burung walet, porang, dan ayam yang
kita sudah membuka ekspor ke Singapura karena ada pembatasan ayam dari
Malaysia," ujarnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama Juli 2022, mencatat
laju inflasi tahunan hingga Juli tembus 4,94 persen year on year (yoy),
mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya sebesar 4,35 persen yoy. Kenaikan
inflasi disebabkan oleh kenaikan harga pangan sebagai pemicu utama.
Ia menjelaskan, berdasarkan komponen, inflasi harga pangan
bergejolak atau volatile
foods mencapai 11,47 persen dan memberikan andil terbesar
yakni 1,92 persen terhadap inflasi tahunan.
Adapun, inflasi harga yang diatur pemerintah atau administered price sebesar
6,51 persen dengan andil 1,15 persen. Sedangkan inflasi inti masih cukup
terkendali sebesar 2,86 persen dengan andil 1,87 persen.
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia, Arif Satria,
mengatakan, isu pangan masih menjadi isu sentral. Dalam tiga pekan terakhir,
persoalan pangan juga kerap menjadi bahan pidato yang disampaikan Presiden Joko
Widodo kepada masyarakat.
"Persiden selalu menyinggung pangan, karena memang ini
ancaman krisis yang selalu benar-benar berpotensi terjadi," katanya.
Kendati demikian, momen ini merupakan momentum Indonesia sebagai
negara pertanian untuk bangkit memperkuat lokalitas pangan. Indonesia memiliki
banyak komoditas lokal yang bisa digunakan untuk mensubstitusi pangan impor.
RPBLK/JMI/RED
0 komentar :
Posting Komentar