JAKARTA, JMI -- Seiring munculnya beragam varian Covid-19, peluang terjadinya kasus infeksi ulang (reinfeksi) pun semakin besar. Bila terjadi, reinfeksi Covid-19 bisa membawa beberapa risiko masalah kesehatan lain bagi penderitanya.
Menurut spesialis penyakit
menular dr J Wes Ulm, reinfeksi Covid-19 bisa membawa lima risiko bahaya bagi
kesehatan. Berikut ini adalah kelima risiko tersebut, seperti dilansir laman Eat This Not That, Sabtu (20/8/2022)
1. Long Covid
Dr Ulm mengungkapkan, virus penyebab Covid-19, SARS-CoV-2,
memiliki kemampuan untuk bermutasi dan menghasilkan varian baru lebih cepat
dibandingkan perkiraan. Selain itu, infeksi SARS-CoV-2 juga membawa komponen
risiko kumulatif. Semakin banyak seseorang terinfeksi, risiko mereka
terhadap long Covid
dan kerusakan jaringan atau organ yang lebih luas bisa semakin meningkat.
"Karena tiap serangan satu varian virus corona ini seperti
lemparan dadu epidemiologis untuk potensi dampak jangka panjang," kata dr
Ulm.
2. Dampak berlipat ganda
Anggap saja, risiko seseorang mengalami long Covid setelah
terinfeksi SARS-CoV-2 adalah 10 persen. Setelah terkena satu kali Covid-19,
seseorang memiliki kemungkinan 10 persen untuk mengalami gejala long Covid seperti
kelelahan, brain fog,
gangguan indra penciuman dan perasa, atau bahkan manifestasi lain yang lebih
berat pada organ vital seperti jantung, ginjal, paru, atau hati. Ketika terkena
Covid-19 untuk kedua kalinya, orang tersebut jadi memiliki risiko 20 persen.
"(Terinfeksi tiga kali) risiko long Covid menjadi 30
persen, dan begitu pula (serangan) yang keempat," jelas dr Ulm.
3. Kerusakan organ semakin besar
Setiap kali infeksi Covid-19 terjadi, risiko kerusakan organ dan
jaringan akan ikut meningkat. Akumulasi kerusakan jaringan akibat infeksi
Covid-19 berulang telah menjadi salah satu kekhawatiran para dokter dan
ilmuwan, seiring dengan terus berlangsungnya mutasi virus dan semakin
menurunnya imunitas.
4. Sulit terbentuk kekebalan kelompok
Menurut dr Ulm, membentuk kekebalan kelompok terhadap Covid-19
merupakan mimpi yang sulit diwujudkan. Kekebalan kelompok melalui infeksi alami
dan vaksinasi mungkin bisa tercapai bila kasus reinfeksi jarang terjadi, tidak
berat, dan terbatas. Akan tetapi, kasus reinfeksi yang muncul belakangan ini
menunjukkan hal sebaliknya.
"SARS-CoV-2 sangat licik dan mampu beradaptasi serta
menghindari perlindungan dari imun," ujar dr Ulm.
5. Tak ada imunitas dari BA.5
Infeksi alami Covid-19 biasanya akan memberikan kekebalan untuk
sementara waktu. Akan tetapi, hal ini tampak tidak terjadi pada kasus Covid-19
akibat subvarian Omicron BA.5. Subvarian Omicron BA.5 justru diketahui banyak
memicu terjadinya kasus reinfeksi pada orang-orang yang pernah terinfeksi oleh
varian lain.
"Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa serangan
Covid-19 berulang bisa menurunkan proteksi imunitas secara umum," ujar dr
Ulm.
Dr Ulm mengatakan, ada mekanisme yang belum dipahami yang
dapat menghambat respons limfosit darah pada kasus infeksi Covid-19 berulang.
Padahal respons ini berperan dalam menyusun dan mengoordinasikan pertahanan
biologis di dalam tubuh.
Yang perlu diterapkan
Berkaitan dengan risiko-risiko ini, dr Ulm mengatakan
pemberian booster berkala
dan revaksinasi akan menjadi penting. Mungkin, pemberian vaksin Covid-19 akan
mirip seperti vaksin flu yang perlu diulang secara berkala.
Masyarakat juga diimbau untuk tetap waspada ketika berkumpul di
keramaian, khususnya di dalam ruangan. Penerapan protokol kesehatan, melakukan
disinfeksi dengan sinar uv, hingga menjaga ventilasi udara yang baik di ruang
tertutup juga perlu diimplementasikan di mana saja.
Selain orang dewasa, dr Ulm mengimbau agar risiko reinfeksi pada
anak juga patut diwaspadai. Alasannya, varian-varian baru tampak lebih berisiko
bagi anak dibandingkan varian-varian Covid-19 sebelumnya.
RPBLK/JMI/RED
0 komentar :
Posting Komentar