JAKARTA, JMI --
Badai Matahari berkecepatan tinggi diprediksi tiba di medan magnetik Bumi
pada Rabu (3/8). Hal itu disebut akan memicui badai geomagnetik minor G-1.
Melansir Live Science, badai Matahari itu
diprediksi tiba oleh para peramal di Space Weather Prediction Center (SWPC).
Mereka memprediksi setelah mengobservasi material gas yang mengalir dari Kutub
Selatan atmosfer Matahari.
Lubang-lubang koronal adalah area di atmosfer
sebelah atas Matahari yang menjadi tempat gas terelektrifikasi atau plasma yang
lebih dingin dan padat. Lubang-lubang tersebut juga adalah tempat medan magnet
Matahari berada, yang ketimbang bergerak melompat-lompat, lubang-lubang itu
bergerak keluar ke angkasa.
Hal tersebut membuat material tenaga surya mencelat keluar
dengan kecepatan hingga 2,9 juta km/jam. Material-material itu lalu terserap
oleh planet dengan medan magnet yang kuat seperti Bumi dan memicu badai
geomagnetik.
Selama badai tersebut, medan magnetik Bumi sedikit
terkompresi oleh gelombang partikel energi yang tinggi. Partikel-partikel itu
meneteskan garis medan magnet di dekat kutub dan memicu molekul di atmosfer.
Partikel tersebut kemudian melepaskan energi
dalam bentuk cahaya dan membuat aurora berwarna-warni. Aurora tersebut
mirip dengan aurora borealis yang muncul di Kutub Utara.
Badai yang dipicu partikel tersebut tergolong
lemah. Diklasifikasi sebagai badai geomagnetik G1, badai tersebut
berpotensi menyebabkan fluktuasi minor di jaringan listrik dan berdampak kepada
beberapa fungsi satelit, termasuk ponsel dan sistem GPS.
Mengutip 7News, badai Matahari skala kecil sanggup
melepaskan energi 100 ribu kali lebih banyak daripada yang mampu dihasilkan
seluruh pembangkit listrik di Bumi dalam satu tahun.
Lebih lanjut, menurut astrofisikawan dan kosmolog
dari Australian National University, Brad Tucker, penduduk Bumi mungkin akan
lebih sering melihat badai seperti itu karena siklus Matahari saat ini.
"Badai seperti ini tidaklah langka karena
Matahari punya siklus 11 tahun, dengan periode yang diisi sedikit atau lebih
banyak aktivitas. Saat ini, ada aktivitas yang lebih banyak," katanya.
Sebelumnya, badai Matahari skala kecil juga
terjadi bulan lalu. Dampaknya terhadap kehidupan manusia kecil, namun itu tetap
mengganggu sinyal GPS dan radio.
CNNI/JMI/RED
0 komentar :
Posting Komentar