JAKARTA, JMI --
Twitter Inc menuding orang terkaya di
dunia Elon Musk "secara sadar" melanggar
perjanjian untuk membeli perusahaan media sosial itu setelah mengajukan
pengunduran dari kesepakatan senilai US$44 miliar (Rp660 triliun).
Dalam sebuah surat yang dikirim ke
Musk, Minggu (10/7), dan diajukan ke regulator pada hari Senin, Twitter
mengatakan pihaknya tidak melanggar kewajibannya berdasarkan perjanjian merger
seperti yang ditunjukkan oleh Musk pada hari Jumat karena ingin mengakhiri
kesepakatan.
"Pengakhiran [perjanjian] yang diklaim
oleh Musk dan pihak Musk lainnya tidak sah dan salah, dan itu merupakan
penolakan kewajiban mereka berdasarkan Perjanjian," sebut surat Twitter,
yang ditandatangani William Savitt dari firma hukum Wachtell,
Lipton, Rosen & Katz, dikutip dari Reuters.
"Bertentangan
dengan pernyataan dalam surat Anda, Twitter tidak melanggar satu pun
kewajibannya berdasarkan Perjanjian, dan Twitter tidak mengalami dan tidak
mungkin mengalami Efek Merugikan Material Perusahaan," tambahnya.
Diketahui,
salah satu ketentuan dalam perjanjian akuisisi Twitter itu membuka
peluang Elon Musk keluar dari kesepakatan jika Twitter menyebabkan 'Company
Material Adverse Effect' atau Efek Merugikan Perusahaan.
Ini didefinisikan sebagai perubahan yang berdampak negatif
terhadap bisnis atau kondisi keuangan Twitter.
"Pengakhiran [perjanjian] tidak sah karena alasan
independen bahwa Tn. Musk dan Pihak Musk lainnya secara sadar, sengaja, dengan
niat, dan secara material melanggar Perjanjian," lanjut perusahaan.
Dalam surat itu, Twitter mengatakan bahwa perjanjian merger
tetap berlaku sambil menambahkan akan mengambil langkah-langkah untuk menutup
kesepakatan.
Perusahaan
medsos tersebut mengaku "akan terus memberikan informasi yang diminta
secara wajar oleh Tn. Musk berdasarkan Perjanjian dan
dengan giat mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menutup
transaksi."
Musk
sendiri ingin membatalkan akuisisi dengan dalih Twitter tak menyediakan
informasi yang benar soal akun bot atau spam.
Twitter juga
berencana untuk menuntut Musk untuk memaksanya menyelesaikan kesepakatan,
sebuah ancaman yang diledek Elon Musk lewat meme pada Senin (11/7).
Perusahaan
berbasis di Calofornia, AS, itu juga berencana untuk mengajukan gugatan awal
pekan ini di Delaware.
Diketahui, saham
Twitter mengalami tren penurunan
pasca-penawaran pembelian oleh Elon Musk. Per Senin (11/7), sahamnya
berakhir turun 11,3 persen pada US$32,65 per lembarnya.
Angka
ini turun 40 persen dari tawaran Musk US$54,20 per lembar saham, dan
merupakan persentase penurunan harian terbesar dalam lebih dari 14 bulan.
"Dewan
[Direksi] Twitter harus memikirkan potensi kerugian bagi karyawan dan basis
pemegang sahamnya dari setiap data internal tambahan yang terungkap dalam
litigasi (proses gugatan hukum)," kata analis Benchmark Mark Zgutowicz.
Francis
Pileggi, seorang pengacara perusahaan di Delaware, mengatakan Musk
dapat memakai dalih bot jika ingin bertahan dari gugatan
Twitter.
"Saya
heran jika dia (Musk) dilarang mendapatkan informasi [soal akun bot]
itu," kata dia.
Jika
jumlah akun palsu Twitter jauh lebih tinggi dari 5 persen seperti yang
diperkirakan oleh Musk, Pileggi menilai hal itu bisa memicu
penurunan harga akuisisi platform media sosial itu.
Analis
Jefferies Brent Thill mengatakan perusahaan media sosial berusia 16 tahun
itu dapat memilih opsi negosiasi ulang atau penyelesaian daripada pertarungan
yang panjang di pengadilan.
"Kami
percaya bahwa niat Elon Musk untuk mengakhiri merger lebih didasarkan pada aksi
jual pasar baru-baru ini daripada 'kegagalan' Twitter untuk memenuhi
permintaannya [soal data akun bot]," tulis dia.
"Dengan
tidak adanya kesepakatan [akuisisi], kami tidak akan terkejut melihat saham
[Twitter] melantai di harga US$23,5," imbuhnya.
Sumber : CNN Indonesia
0 komentar :
Posting Komentar