JAKARTA, JMI -- Merebaknya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang kini mulai mendominasi membuat dunia kembali khawatir. Pasalnya, kedua subvarian ini diyakini lebih menular dibandingkan strain aslinya BA.1 maupun Delta. Bahkan masa inkubasi sampai timbulnya gejala dari kedua subvarian ini hanya memerlukan waktu 1 sampai 3 hari.
Salah
satu pasien wanita bernama Dr Claire Taylor membagikan pengalamannya usai
terinfeksi subvarian Omicron BA.5. Lewat media sosial miliknya, ia mengaku
mengalami gejala tak biasa saat dinyatakan positif COVID-19.
Wanita yang berprofesi sebagai dokter asal Inggris itu bersama
putranya mengalami gejala yang mirip dengan meningitis. Keduanya mengalami
sakit dan kaku pada leher, bahkan sensitif terhadap cahaya.
"Saya
merasakan sakit di mana-mana (tubuh), terasa seperti ditabrak bus, sakit di
sekujur tubuh," tulis Dr Claire di akun Twitter miliknya, dikutip dari
Express UK, Sabtu (9/7/2022).
Dr
Claire juga mengungkapkan rasa sakit pada tubuhnya itu berlangsung selama
beberapa hari sebelum lehernya menjadi kaku. Selain itu, wanita asal Inggris
ini juga mengalami gejala mati rasa, kesemutan di lengan kiri, serta gangguan
penglihatan.
"Saya
sebenarnya tidak bisa menggerakkan leher saya sama sekali. Suhu tubuh naik dan
merasa tersiksa. Tidak ada gejala flu sama sekali," tegasnya.
"Empat
hari kemudian (sekarang pada hari ke 14 [penyakit] mati rasa dan kesemutan
hilang," lanjutnya.
Sedangkan
putranya mengalami gejala leher kaku yang menyakitkan dan suhu badan yang
tinggi pada hari pertama dinyatakan positif COVID-19. Awalnya, Dr Claire
mengira gejala tersebut berasal dari penyakit meningitis.
Namun
beberapa hari kemudian setelah dinyatakan negatif COVID-19, gejala-gejala yang
dirasakan itu perlahan sembuh setelah dua minggu.
"Ini
seperti bukan virus pernapasan untuk anak saya dan saya - itu pada dasarnya
adalah meningitis virus (demam, sakit leher dan kekakuan dan tidak suka cahaya
terang)," cuit dokter itu.
Sumber : DetikHealth
0 komentar :
Posting Komentar