gambar hanya ilustrasi
JAKARTA, JMI --
Polisi di negara bagian Rajasthan,
India, melarang pertemuan publik dan menangguhkan layanan internet sehari.
Tindakan ini diambil karena khawatir pecahnya kekerasan agama setelah dua
Muslim memposting video yang mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan seorang
penjahit Hindu di kota Udaipur.
"Kami berada di bawah perintah ketat untuk mencegah segala
bentuk protes atau demonstrasi yang dijadwalkan untuk mengutuk pembunuhan
itu," ujar perwira polisi senior di Rajasthan Hawa Singh Ghumaria.
Ghumaria mengatakan,
kejahatan itu telah mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh negeri. Kedua
tersangka sedang diinterogasi oleh penyelidik federal pada Rabu (29/6/2022).
Sementara polisi negara bagian berjaga-jaga terhadap kerusuhan di negara bagian
barat laut itu.
Menteri Dalam Negeri India Amit Shah
mengatakan dalam sebuah tweet, polisi federal telah mengambil alih penyelidikan
atas pembunuhan brutal Kanhaiya Lal Teli. "Keterlibatan organisasi dan
hubungan internasional mana pun akan diselidiki secara menyeluruh,"
katanya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan pada Rabu malam,
menolak laporan di beberapa media India yang mengaitkan para tersangka dengan
organisasi yang berbasis di Pakistan. Sambil mengacungkan pisau daging, dua
pria berjanggut mengatakan dalam video bahwa mereka membalas penghinaan
terhadap Nabi Muhammad SAW yang dilakukan oleh korban. Mereka juga menyinggung
mantan juru bicara Partai nasionalis Hindu Bharatiya Janata Party (BJP) Nupur Sharma
yang pernyataannya tentang awal bulan ini memicu kemarahan domestik dan
internasional.
Menurut administrator kota di Udaipur Bhawarlal Thoda, penjahit
itu ditahan atas unggahan media sosial untuk mendukung juru bicara BJP yang
dilacak ke telepon selulernya. Namun, setelah dibebaskan Teli telah memberi
tahu polisi pada 15 Juni bahwa dia diancam oleh beberapa kelompok.
Pihak berwenang mengatakan mereka telah menangguhkan layanan
internet di beberapa bagian Rajasthan untuk mencegah peredaran video tersebut.
"Suasananya tegang dan hampir semua toko tutup hari ini," kata Thoda.
Pemerintah federal pada Rabu malam, meminta platform media
sosial untuk segera menghapus konten yang mendorong, mengagungkan, atau
membenarkan pembunuhan itu. Kementerian Elektronika dan Teknologi Informasi
mengatakan, penghapusan itu diperlukan untuk mencegah hasutan dan gangguan
ketertiban umum dan untuk memulihkan perdamaian dan harmoni publik.
Politisi dan ulama
terkemuka yang berbasis di Udaipur Ahmed Siddiqui mengutuk pembunuhan itu.
"Insiden itu mengejutkan umat Islam, tindakan keji yang dilakukan oleh dua
pria itu sama sekali tidak Islami," katanya.
Organisasi Hindu garis keras mengadakan protes di ibu kota New
Delhi untuk mengutuk pembunuhan Teli dan lebih banyak protes direncanakan pada
Kamis (30/6/2022). India memiliki sejarah panjang kekerasan agama dan ribuan
orang telah terbunuh sejak negara itu merdeka dari pemerintahan kolonial
Inggris pada 1947.
Upaya Perdana Menteri Narendra Modi untuk agenda "utamakan
Hindu" sejak berkuasa pada 2014 telah memicu ketegangan di negara dengan
Muslim merupakan sekitar 13 persen dari 1,4 miliar penduduknya. Awal bulan ini
BJP menangguhkan Sharma dan mengusir pejabat lain tetapi kehebohan belum
mereda.
Modi belum mengomentari insiden di Udaipur. Namun, mantan kepala
menteri Rajasthan Vasundhara Raje yang tergabung dalam BJP menyalahkan Congress
Party yang menjalankan Rajasthan. "Tindakan seperti itu dapat terjadi
karena pemerintah negara bagian memberikan dukungan diam-diam kepada para
penjahat," ujarnya.
Congress Party telah memperjuangkan nilai-nilai sekuler di India
sejak kemerdekaan. Namun BJP telah menjadikan justru menarik umat Hindu menjauh
dari oposisi utamanya itu.
Rajasthan dengan populasi sekitar 69 juta orang hanyalah salah
satu dari dua negara bagian India dengan Congress Party memegang mayoritas di
legislatif negara bagian. Wilayah ini akan mengadakan pemilihan tahun depan.
Sumber : CNN Indonesia
0 komentar :
Posting Komentar