Jakarta,JMI- Masih terasa hangat baru - baru ini menjadi perguncingan viral dimasyarakat tentang polemik beberapa pernyataan Jendral Dudung Abdurahman , sejak kiprahnya menjadi Pangdam Jaya, sesaat Menjadi Pangkostrad dan melesat kini berbintang 4 penuh menjadi KASAD.
Pernyataan pernyataan sang jendral ini tak ayal memang selalu mengundang reaksi kontroversial dari berbagai pihak, karena pernyataanya selalu bersinggungan dengan ranah Keislaman , hingga MUI , NU dan semua organisasi Islam menjadikannya topik pembahasan. Maka Mulutmu adalah harimaumu, terlepas niat dan maksud hati tidak sama dengan ucapan.
Track recordnya Dudung sejak aksi pasukan Kodam Jaya, menurunkan baliho baliho Imam Besar FPI, berlanjut dikenaikan pangkatnya menjadi Pangkostrad dalam kesempatannya dihadapan para perajurit berorasi tentang Allah SWT itu bukanlah orang Arab.
Dan yang terhangat usai dilantik menjadi KASAD Jendral TNI Dudung Abdurahman bahwa hendaknya para prajurit khususnya yang muslim, saat melaksanakan ibadah sah sah saja jika belum bisa berdoa menggunakan bahasa Alquran/Arab sementara bisa menggunakanBbahasa Indonesia, karena Tuhan bukanlah orang Arab.
Untuk ini mari sejenak kita melihat apapun, siapapun dan bagaimanapun semua polemik ini dapat dicerminkan kepada 3 Jurus Ilmu sakti level tinggi yang sulit dipelajari umat saat ini, dan yang teramat sulitnya lagi dalam mempraktekan 3 jurus ilmu dimaksud dijaman kini rasanya agak langka.
3 ilmu dimaksud dalam perspektif Islami adalah pertama KSATRIA , kedua adalah TEPAT JANJI/AMANAH dan yang ketiga adalah ilmu TULUS MEMAAFKAN.
Pada suatu ketika dikisahkan Amirul Mukminin Saydina Umar RA duduk kongkow bersama para sahabat lainnya dibawah pohon Kurma disamping Mesjid Nabawi Madinah asyik berdiskusi.
Tiba tiba tiga orang pemuda datang menghampiri Umar RA, posisinya seorang pemuda diapit oleh dua orang pemuda yang belakangan diketahui dua pemuda itu bersaudara.
Dua pemuda bersaudara ini menggeret seorang pemuda lusuh untuk disidangkan oleh Amirul Mukminin karena terbukti membunuh ayah kandung mereka.
Umarpun bertanya mengapa pemuda lusuh itu membunuh, dan pemuda lusuh itupun jujur tidak dusta memberikan pengakuan bahwa dia benar telah membunuh karena khilaf pada asbab Unta tunggangannya yang diikatkan saat pemuda lusuh itu bergegas untuk satu urusan muamallah
Unta itu lepas dari ikatan hingga merusak kebun, maka ayah kedua pemuda itu menyembelihnya.
Spontan sipemuda lusuh sekembali dari urusannya melihat ada lelaki tua menyembelih untanya, maka dihunuskan pedangnya dan membunuh ayah kedua pemuda itu.
Sejenak Umar bersimpatik akan kejujuran dan empati denga rasa khilaf penyesalan sang pemuda lusuh , maka jalan penyelesaian diputuskan Umar bersedia membayar DIYAT (Tebusan), namun kedua pemuda itu menuntut keadilan yang lebih sempurna agar Umar menjatuhkan Qishash korban nyawa bayar nyawa , mereka tidak menerima usulan Amirul mukminiin ini.
Sang pemuda pembunuh langsung menyikapi situasi yang sesungguhnya tidak menguntungkan dirinya itu ujarnya,"Yaaa Amirul Mukminin hamba siap jika keputusannya hamba harus mempertanggung jawabkan kesalahan hamba dengan Qishash/Pancung leher , lakukanlah".
Tapi tidak berhenti disitu masalah kasus peradilan ini, dikarenakan sang pemuda lusuh meminta kebijakan tenggang waktu 3 hari lagi bersedia laksanakan Qishas karena beralasan untuk menyelesaikan dulu missi muamallahnya dikota itu bersama kelompoknya, Agar dia tidak berhutang pada kepercayaan penyelesaian missi yang dipercayakan pada dirinya dikota Madinah ini maka dirinya minta tenggang 3 hari.
Karuan Umar RA mempertanyakan apa jaminan yang bisa diberikan jika diberikan tenggang tiga hari sipemuda itu dipastikan datang kembali, sang pemuda lusuh itu hanya mengatakan "Jaminanku hanyalah Allah SWT karena aku tidak punya siapapun disini juga tidak punya kerabat sanak saudara dikarenakan aku juga berasal dari pedalaman jauh dari kota".
Karuan Kedua pemuda yang ayahnya dibunuh itupun protes keras tidak menerima jika kebijakan longgar 3 hari itu diberikan kepada sipemuda lusuh sang pembunuh.
Saat situasi dilema itu tegang, tiba tiba menyeruak sosok Salman Alfarisi sahabat utama Rasulullah datang menghampiri situasi persidangan itu , ujar Alfarisi, "Akulah penjamin sipemuda pembunuh ini, jika 3 hari kedepan dia tidak tepati Qishasnya, maka akulah sebagai penggantinya".
Karuan Umar RA mengernyitkan dahi dan berkata kepada Alfarisi juga mengingatkannya, putusan penjaminan ini sangatlah menjadi persoalan serius dan tidak main main dan persoalan nyawa dibayar nyawa tidak mempertimbangkan masak dulukah Alfarisi?
Dengan santai dan ikhlasnya Alfarisi mengatakan, perkenalanku dengan pemuda pembunuh ini samalah waktunya singkat dengan perkenalan Amirul mukminin dengan pemuda pembunuh itu, lillahi taala Salman Alfarisi sudah yakin atas penjaminannya itu.
Hari pertama berlalu dari hasil kesepakatan peradilan itu, selanjutnya hari keduapun berlalu begitu saja tanpa arti. Pada hari yang ditunggu tunggu sangat tegang karena pemuda lusuh sang pembunuh itu belum juga datang, dan berjalannya waktu matahari sudah mendekati petang.
Maka Alfarisi berkomitmen tulus berjalan menuju area pelaksanaan Qishash , serentak para sahabat lain dan para umat yang hadir bersedih, mereka membayangkan tokoh kharismatiknya yang hitungan detik akan melaksanakan pengadilan Qishas pancung leher sangatlah memiriskan.
Namun sejenak perhatian sontak terfokus dari kejauhan munculnya bayang bayang sesorang yang bergegas jatuh bangun jatuh lagi dan bangun lagi. Ternyata Pemuda lusuh pembunuh itu datang dan tersungkur berpeluh kelelahan,
"Maafkan hamba baru bisa datang menepati janji ya Amirul mukminin, karena begitu sibuk dan berhimpitnya waktu , bahkan karena terus memacu tunggangan hamba hingga sekarat diperjalanan dan hamba tinggalkan, maka hamba bersusah payah Alhamdulillah sampai juga disini"ungkapnya.
Diriwayatkan dalam kisah ini akhirnya Allah maha pemutar balikan hati , kedua pemuda itu sontak memaafkan sipemuda lusuh sang pembunuh ayahnya itu.
Semuanya menjadi kisah Rahmatan Lilalamin.Subhanallah
Inti pesan dalam kisah ini adalah jurus ilmu tingkat tinggi, sipemuda pembunuh menepati janjinya bahwa Islam itu selalu mengedepankan sipat KESATRIA , dan Sahabat Rasulullah Salman Alfarisi juga mengedepankan bahwa Islam selalu menepati janji/AMANAH, sedangkan kedua pemuda yang ayahnya dibunuh itupun juga mengedepankan bahwa Islam itu punya sikap MEMAAFKAN.
Maka dalam konteks paparan ini walaupun tidak terlalu lekat kisah Jendral Dudung dengan Kisah ini ,hanya ingin mengingatkan bahwa ketiga jurus ilmu sakti maha tinggi dimaksud kembali kita tauladani lagi, maka damailah Indonesiaku dan jayalah NKRI dlm lindungan Allah SWT .Jurnal Media Indonesia
Editorial Tb.Boy Tanaya.P.Sip
Edisi Khusus Islam :
Damailah Indonesiaku
0 komentar :
Posting Komentar