JAKARTA, JMI - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Ditjen PSDKP) bersama The Australian Border Force (ABF), Badan Keamanan Laut Republik Indonesia (BAKAMLA RI), dan Australian Fisheries Management Authority (AFMA) untuk kelima kalinya melaksanakan patroli terkoordinasi pada wilayah perbatasan maritim Indonesia – Australia.
Sejak tahun 2018, patroli gabungan antara PSDKP, Maritime Border Command (MBC) yang tergabung dalam Australian Border Force, BAKAMLA, dan AFMA telah dilaksanakan untuk mengurangi dan memberantas berbagai aktivitas ilegal yang berdampak pada kesejahteraan kedua negara. Pelaksanaan patroli terkoordinasi ini merupakan kunci dari komitmen bersama dalam memperkuat keamanan maritim sebagai bagian dari rencana tindakan maritime (Maritime Plan of Action) yang mengimplementasikan Pernyataan Gabungan Indonesia – Australia tentang Kerja Sama Kelautan (Indonesia-Australia Joint Declaration on Maritime Cooperation).
Kepala BAKAMLA, Laksamana Madya A’an Kurnia menyatakan “Pandemi Covid-19 tidak berdampak pada kerja sama kami, kuatnya pengaturan bidang keamanan maritim antara Indonesia dan Australia, serta kemampuan kedua negara dalam mengoordinasikan upaya pengamanan perairan dapat dilihat hari ini melalui tercapainya Operation Gannet 5.” Dalam siaran tertulisnya, Senin (24/5/2021)
Operasi GANNET ke-5 (GANNET 5) ini merupakan salah satu bentuk dari komitmen Indonesia dan Australia dalam melindungi masing-masing wilayah perairannya. Operasi ini dilaksanakan melalui komunikasi terpadu antar instansi terkait, pertukaran informasi, serta patroli gabungan antara kapal-kapal dari PSDKP, BAKAMLA, dan MBC.
Tujuan utama dari GANNET 5 ini adalah mendeteksi, menangkal dan menangani berbagai aktivitas ilegal di laut, serta mengembangkan kerja sama lebih lanjut antar instansi terkait dari Indonesia dan Australia. Fokus utama pada operasi kali ini termasuk IUU Fishing, penyelundupan manusia dan perdagangan orang, perlindungan lingkungan, serta kejahatan antar negara yang terorganisir lainnya yang terjadi pada wilayah operasi bersama. Fokus geografis utama pada operasi kali ini adalah wilayah timur Indonesia yang berbatasan dengan Australia.
Plt. Dirjen PDSKP Antam Novambar juga menambahkan “Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk kolaborasi kami dengan Australia yang dimuat dalam kerangka kerja Forum Pengawasan Perikanan Indonesia-Australia, meskipun patroli ini dilaksanakan dalam situasi pandemi, kami tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat, sesuai dengan petunjuk pencegahan Covid-19”.
Rangkaian kegiatan GANNET 5 telah dimulai sejak Maret 2021. Kegiatan diawali dengan workshop tentang Maritime Domain Awareness yang diikuti oleh PSDKP, ABF, BAKAMLA, dan AFMA. Pertemuan berkala dan pertukaran informasi juga telah dilaksanakan sejak bulan Maret untuk membahas kebutuhan patroli gabungan tahap 1 yang akan dilaksanakan hari ini (Senin 24 Mei 2021) hingga Rabu 26 Mei 2021.
Dalam operasi ini, pihak PSDKP akan mengerahkan Kapal Patroli (KP) Orca 4, KP. Hiu 14, beserta dengan pesawat pengawas udara. Sebagai tambahan fokus operasi selain IUU Fishing, operasi kali ini juga akan menargetkan penangkapan ikan dengan rumpon (Fish Aggregation Devices/FADs) di perbatasan Indonesia-Australia.
Adapun BAKAMLA akan mengerahkan Kapal Negara (KN) Tanjung Datu – 301, dengan Kolonel Bakamla Arif Rahman selaku Komandan. Kapal ini dilengkapi dengan senjata mesin berat kaliber 12,7 mm dan senjata ringan personel DSAR-15P kaliber 5,56. Personel dari Markas Besar BAKAMLA RI juga akan mendukung berjalannya operasi ini melalu informasi yang akan diberikan dari Indonesia Maritime Information Centre (IMIC).
Sementara itu, pihak ABF akan mengerahkan Australian Border Force Cutter (ABFC) / Kapal Patroli Cape Nelson, beserta dengan dua pesawat yang akan melakukan pengawasan udara selama operasi berlangsung. Personel AFMA yang mengawaki pesawat udara tersebut akan mendukung kegiatan pengawasan perikanan serta memantau berjalannya kegiatan. Patroli ini juga akan didukung oleh personel MBC dan AFMA yang berada di Markas Besar ABF di Canberra.
Rear Admiral Mark Hill, Commander for Maritime Border Command menyatakan bahwa operasi ini akan meningkatkan keamanan nasional. “Australia selalu waspada dalam menghadapi ancaman di wilayah maritim kami. Namun, fokus pada operasi kali ini merupakan contoh ancaman yang dihadapi bersama. Hal tersebut tidak hanya berdampak pada Australia saja, tetapi juga bagi seluruh kawasan sekitar. Kesejahteraan ekonomi, keselamatan dan keamanan masyarakat kedua negara akan terjamin bila Indonesia dan Australia terus bekerja sama melalui Operasi Gannet dan operasi-operasi keamanan maritim perbatasan lainnya,” pungkas RADM Hill.
Gufron/Red/JMI
0 komentar :
Posting Komentar