WWW.JURNAL MEDIA INDONESIA.COM

Peringati Hari Kartini, Nyimas Aliah: Penyandang Disabilitas adalah Kartini Sejati

JAKARTA, JMI - Setiap 21 April bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini.  Peringatan hari Kartini merupakan bentuk penghargaan yang tinggi terhadap R.A. Kartini yang inspiratif. Keteguhan hati dan perjuangannya yang tak kenal lelah hingga akhir hayatnya mewariskan emansipasi bagi perempuan Indonesia hingga sekarang. Warisan ini membuat perempuan Indonesia berhak mendapatkan pendidikan dan kedudukan yang sejajar seperti pria.

Selamat Hari Kartini untuk seluruh Perempuan Indonesia yang memiliki mimpi setinggi langit untuk memajukan bangsa, tetap hebat di masa pandemi.

Ucapan semangat ini merefleksikan tantangan yang dihadapi seluruh bangsa Indonesia termasuk perjuangan para perempuan penyandang disabilitas untuk semangat.

Perempuan hebat seperti ibu R.A. Kartini tetap menjadi kebanggaan dan motivasi untuk semua perempuan Indonesia yang tetap hebat berjuang demi keluarga, masyarakat dan Bangs Indonesia. 

Ketua Umum Srikandi Sriwijaya, Nyimas Aliah, SE. S.Sos. M.Ikom menyampaikan, Perempuan penyandang disabilitas adalah  Kartini Sejati karena hingga saat ini terus komitmen memperjuangkan hak nya untuk mendapatkan Kesetaraan dan Inklusi. Melalui webinar, Jakarta, Rabu (22/4/2021). 

Dikatakan Nyimas Aliah, Jadi lebih berat perjuangannya dibanding perempuan non disabilitas, mereka tidak pernah putus asa dengan berbagai upaya dan strategi mensosialisasikan, mengadvokasikan berbagai kebijakan yang sudah diterbitkan penerintah, bagaimana memahamkan masyarakat agar disabilitas dapat mengakses segala kebutuhannya di semua bidang kehidupan, sehingga mereka dapat berprestasi, ptoduktif dan mandiri sehingga tidak menjadi beban keluarga dan negara.

Momentum hari Kartini bagi sebagian besar orang dirayakan atau diperingati dengan berbagai macam cara. Mulai dari pagelaran busana, karnaval hingga beragam kegiatan positif. Kegiatan dituangkan sebagai wujud apresiasi bagi tokoh pejuang emansipasi bagi Perempuan Indonesia.

Berbeda dengan cara pandang sebagian besar orang dalam hal ini penyandang disabilitas menganggap peringatan hari Kartini adalah sebagai upaya bagaimana untuk  merefleksikan kembali perjuangan. Juga menolak diskriminasi bagi perempuan.

Momentum hari Kartini semata-mata bukan hanya sebagai acara seremonial saja, namun bagaimana seharusnya perempuan merawat semangat yang telah lebih dulu ditanamkan Kartini sebagai sosok yang memperjuangkan kemerdekaan Perempuan di Indonesia.

Mengingat bagaimana perjuangan R.A. Kartini. menggempur diskriminasi terhadap Perempuan. Dalam potret kondisi dan situasi yang dialami oleh Perempuan saat ini masih sering terjadi. Khususnya dengan Perempuan disabilitas. Bagaimana kita mesti merawat perjuangan itu, mulai dari ranah domestik keluarga, hingga lingkungan tempat dimana kita berada dan memposisikan diri.

Dalam keseharian diskriminasi bagi Perempuan disabilitas masih terus terjadi. stigma bahwa Perempuan dijadikan sebagai sasaran empuk kelemah kelembutan, ketidak berdayaan hingga praktik persekusi, tak henti-hentinya kunjung datang.

Sebagian besar masyarakat, masih melihat perempuan disabilitas sebagai objek yang sangat lemah. Belum lagi, budaya patriarki yang terus langgeng di tengah-tengah kondisi sosial. Tentang posisi laki-laki yang lebih dominan daripada Perempuan.

Dalam wilayah domestik, lingkungan keluarga misalnya. Kalau urusan dapur itu hanya dikerjakan oleh Perempuan, merawat anak hanya untuk Perempuan, terbatasnya akses interaksi di ruang-ruang publik. Apa lagi Perempuan disabilitas yang mengalami diskriminasi 2 kali lebih besar jelas Perempuan dengan disabilitas.
Masyarakat cenderung mempertahankan stigma ini masih sangat dominan, terlebih dalam lingkungan keluarga. Menempatkan Perempuan tak boleh lebih dari apa yang dilakukan oleh laki-laki. Laki-laki lebih superior ketimbang Perempuan dan banyak lagi hal yang dalam praktiknya masih terus terjadi dan dialami bagi Perempuan disabilitas.

Perempuan disabilitas banyak mengalami diskriminasi yang lebih besar sebagai disabilitas dan sebagai Perempuan. Cara pandang, memposisikan Perempuan disabilitas dalam lingkup keluarga itu juga jadi penunjang yang tinggi. Bagaimana Perempuan disabilitas itu tidak memiliki kesempatan yang sama dengan saudaranya yang Laki-laki. Misalnya, baik untuk mendapatkan pendidikan, juga perlakuan yang sama di dalam keluarga.

Dalam momentum hari Kartini sebagai upaya untuk meretas stigma tersebut di dalam masyarakat, terlebih Perempuan disabilitas, perempuan harus menanamkan sikap optimis juga percaya diri pribadinya mampu untuk berbuat sesuatu yang positif dan berguna bagi lingkungan keluarga maupun orang-orang disekitarnya.

Jangan terpaut pada cara pandang orang kita tidak bisa melakukan apa-apa untuk mewujudkan sesuatu yang baik. Bukankah semangat R.A. Kartini mengajarkan kita untuk meretas itu semua. Semangat perjuangan R.A. Kartini harus terus dirawat bagi semua Perempuan.

Pihaknya terus mendorong dan mengupayakan agar pemerintah lebih membukakan peluang-peluang, Khususnya bagi Perempuan disabilitas yang memiliki bakat dan potensi untuk mengembangkan diri. Tapi bagaimana pemerintah memberikan kesempatan untuk perempuan disabilitas agar memiliki wadah untuk mengaktualisasikan kemampuannya.

Perempuan disabilitas harus diberikan akses yang luas, diberikan dukungan bagaimana mengeksplore potensi dan kemampuan yang bisa melakukan perubahan baik di  lingkungan keluarga, komunitasnya maupun di dalam kehidupan masyarakat.

Gufron/Red/JMI
Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar

BERITA TERKINI

SMP NEGERI 1 KRESEK DALAM WAKTU DEKAT LAKUKAN KEGIATAN DILUAR KELAS, DENGAN ANGGARAN 1.200.00 PERSISWA

Kabupaten Tangerang, JMI -  Disela kesibukannya Kepala sekolah SMP Negeri 1 Kresek, Aji M Spd. Merencanakan pelepasan siswa-sis...