JAKARTA, JMI - Saat ini kita tengah dihadapkan pada dunia yang serba digital dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ ICT) yang berkembang dengan begitu pesatnya. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga menilai dalam kondisi yang serba digital, apalagi di tengah pandemi dan pasca pandemi upaya meningkatkan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan perlu dibarengi dengan literasi digital yang kuat bagi perempuan.
“Akses dan keterampilan perempuan dalam TIK juga menjadi fokus yang harus kita bangun untuk memberdayakan para pengusaha perempuan agar dapat bersaing di masa kini dan juga masa depan. Ekonomi berbasis inovasi dan transformasi digital bagi wirausaha sudah tidak dapat ditawar lagi, termasuk bagi perempuan," ujar Menteri Bintang Puspayoga dalam Diskusi ISED Series bertema 'Potensi dan Peran Perempuan Di Era Digital" yang digelar oleh Institute of Social Economic Digital (ISED), dan KOWANI melalui daring.
Meskipun TIK membawa berbagai kemudahan bagi manusia, Menteri Bintang juga mengingatkan agar masyarakat tetap perlu waspada akan dampak buruk yang diciptakan TIK misalnya cybercrime. Seperti halnya kekerasan yang terjadi di dunia fisik/ offline kekerasan online dan cybercrimejuga paling rentan dialami oleh perempuan dan anak. Menurut Menteri Bintang, literasi digital menjadi kunci bagi perlindungan perempuan dan anak di dunia digital.
Menteri Bintang mengatakan, Anak perempuan dan perempuan yang memiliki literasi digital akan mampu melindungi diri mereka sendiri dalam dunia digital, dan di masa depan saat menjadi seorang ibu, akan mampu melindungi anak-anak mereka dari bahaya internet.
Meningkatkan pemberdayaan perempuan dan perlindungan terhadap perempuan dalam dunia digital tentunya bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Terbatasnya akses perempuan terhadap teknologi informasi, problematika kemandirian secara ekonomi, maupun kerentanan perempuan merupakan masalah yang sangat kompleks.
Oleh karena itu, Menteri Bintang tidak hentinya mengajak seluruh stakeholder dan masyarakat untuk bersama menciptakan ruang yang ramah bagi perempuan, termasuk di dunia digital.
“Mencapai kesetaraan yang diidamkan bersama tidak akan cukup dilakukan oleh pemerintah atau satu pihak saja. Seluruh sektor pembangunan, harus bersinergi untuk mewujudkannya. Bersama-sama, kita ciptakan ruang yang aman dan nyaman bagi perempuan untuk mengembangkan dirinya, mempelajari sebanyak-banyaknya ilmu, dan membuka berbagai kesempatan baru," tegas Menteri Bintang.
Pendiri Institute of Social Economic Digital (ISED), Prof. Sri Adiningsih mengatakan meski diakui ketimpangan digital masih terjadi pada kelompok perempuan. Perempuan Indonesia selain punya potensi yang besar, dan semangat juga sudah memberikan kontribusi dalam pembangunan di Indonesia termasuk dalam transformasi digital.
“Kita kadang berpikir kalau terkait dengan teknologi perempuan minim terlibat. Ternyata perempuan juga tidak takut dan tidak khawatir, terbukti meskipun masih ada ketimpangan dalam transformasi digital tetapi mereka terus berkembang, maju dengan digitalisasi. Bahkan perempuan-perempuan Indonesia selain potensinya, perannya dalam transformasi digital juga luar biasa. Misalnya saat ini di Indonesia sudah banyak start-up yang foundernya adalah perempuan," jelas Sri Adiningsih.
Gufron/Red/JMI
0 komentar :
Posting Komentar