JAKARTA JMI - Dalam rangka memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) yang jatuh pada 26 April, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) melakukan simulasi secara serentak terkait pelaksanaan keselamatan apabila terjadi bencana. Hal ini dilakukan untuk mendorong terwujudnya early warning system dalam kebencanaan di lingkungan Kemen PPPA. Adapun tema HKB Tahun 2021 adalah “Siap untuk Selamat”.
"Secara geografis Indonesia merupakan wilayah yang rawan terjadi bencana. Dampak yang ditimbulkan dari bencana sangat luas, meliputi kehilangan nyawa, hilangnya harta dan aset, hingga lumpuhnya pelayanan publik. Ketika kita berbicara bencana, maka ada pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana. Pra bencana ini juga harus kita prioritaskan terkait langkah-langkah apa yang harus kita lakukan,” ujar Menteri PPPA, Bintang Puspayoga.
Pada Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Tahun 2021, Presiden RI, Joko Widodo menyampaikan bahwa sistem peringatan dini merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Presiden Joko Widodo juga menegaskan bahwa kunci utama dalam mengurangi risiko bencana adalah pencegahan dan mitigasi bencana.
Keterlibatan dan kesiapan dari seluruh komponen Kemen PPPA merupakan hal yang penting. Persiapan untuk menjaga atau menghindari dampak bencana harus dilakukan secara proaktif sebelum terjadinya bencana. Harapannya agar seluruh Sumber Daya Manusia (SDM) Kemen PPPA dapat merespon sedini mungkin dengan cepat dan tepat, serta sigap atas bencana. Melalui pelatihan dan simulasi early warning system dalam kebencanaan, khususnya kepada Tim Tangguh Bencana Kemen PPPA, diharapkan bersama-sama kita bisa meminimalisasi risiko terjadinya bencana.
“Kemen PPPA telah memiliki Tim Tangguh Bencana yang sudah dilatih oleh Tim Jakarta Rescue. Pelatihan Tim Tangguh Bencana ditujukan untuk Komandan Gedung (Building Commander) sebagai koordinator, dan Floor Captain di setiap lantai untuk memastikan kondisi dan prosedur evakuasi kebencanaan dapat terlaksana dengan baik. Walaupun sudah ada Tim Tangguh Bencana yang menjadi koordinator, namun keterampilan kesiapsiagaan bencana juga harus menjadi tanggung jawab bersama,” tutur Menteri Bintang.
Presiden Direktur Jakarta Rescue sekaligus Pengarah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Hadianto yang hadir dalam kegiatan tersebut juga memberikan tips terkait hal penting yang harus dilakukan ketika mengalami bencana, terutama gempa bumi.
"Hal pertama yang harus dilakukan ketika terjadi gempa adalah jangan panik. Ingat, guncangan gempa paling lama terjadi 30-40 detik. Selanjutnya lakukan Teknik Drop Cover and Hold On. Teknik ini dilakukan dengan berlindung atau merunduk di bawah meja, lindungi kepala dengan kedua tangan, serta berpegangan dengan kaki meja. Setelah itu, ketika menuju Titik Kumpul Utama (Assembly Point), ingat jangan gunakan lift, namun gunakanlah tangga. Oleh karenanya, diharapkan seluruh gedung memiliki pintu keluar di lantai dasar yang mudah diakses saat terjadi situasi darurat," ungkap Hadianto.
Simulasi diawali dengan pembunyian sirine oleh Menteri Bintang. Kemudian, pelaksanaan simulasi dipandu oleh “Building Commander” dan “Floor Captain” di tiap lantai gedung Kemen PPPA yang telah dilatih early warning system sebelumnya. Salah satu pegawai Kemen PPPA, Yeyep Mulyana juga menceritakan pengalamannya saat mengikuti simulasi pelaksanaan keselamatan apabila terjadi bencana. Ia berharap agar simulasi ini dilaksanakan secara rutin.
“Saat sirine tanda bahaya berbunyi, Floor Captain mengarahkan agar kita jangan panik. Setelah itu, ketika menuju Titik Kumpul Utama harus melalui tangga darurat secara tertib dan melindungi kepala dengan kedua tangan. Simulasi kali ini berjalan lebih tertib dan lebih mudah dipahami instruksinya dibandingkan simulasi sebelumnya. Saya berharap simulasi ini diadakan secara rutin, agar setiap pegawai Kemen PPPA lebih sadar terkait kesiapsiagaan bencana,” Narasi Yeyep.
Gufron/Red/JMI
0 komentar :
Posting Komentar