Politik Dinasti Masih Kalahkan Teori Konstitusional, Fakta Nepotisme Sulit Dihindarkan ?

EDITORIAL OLEH : Boy Tanaya. P Sip

ILUSTRASI

Sejarah NKRI Mencatat SBY, JOKOWI, SOEHARTO, SOEKARNO BUKANLAH AHY, GIBRAN BOBBY, TOMMY PRABOWO & PUAN

JAKARTA, JMI -- Menyusul masih hangat nya polemik ditubuh Partai Demokrat antara Internal Kader Partai Kubu Ketua Umum partai AHY putera sulung Presiden RI ke enam Susilo Bambang Yudhoyono dengan kubu Marzuki Ali, Moeldoko yang notabenenya masih menjabat KSP Istana kepresidenan RI.

Mari sejenak kita napak tilas seperti slogan Proklamator kita Bung Karno dengan "Jas Merah" alias "Jangan Pernah Melupakan Sejarah".

Sejarah NKRI sudah mencatat proses suksesi kepemimpinan di republik ini walaupun secara undang undang bahkan UUD 45 adalah mengatur suksesi secara demokrasi Konstitusional Republik bukan lagi aturan Feodalisme/Kerajaan, namun teori tersirat konstitusional dimaksud prakteknya masih sarat dengan Nepotisme.

Betapa tidak asal usul TRAH, Dinasti putera mahkota dan kekerabatan masih terasa kental menepis aturan konstitusi di negeri ini. Jadi maaf jika anda punya kemampuan kehebatan bahkan genius tetapi jangan mimpi sampai pada posisi tampuk pimpinan pucuk, kecuali kehendak Allah SWT/Tuhan yang maha esa.

Tercatat, Presiden pertama Soekarno bukan lah puterinya Megawati Soekarno Puteri yang akhirnya jadi presiden RI ke lima dan Megawati bukanlah Puan Maharani yang sekarang adalah Ketua DPR RI, Presiden ketujuh Jokowi bukanlah sama dengan putera sulung dan mantunya Gibran dan Bobby, Presiden keenam SBY bukan lah sama dengan putera sulungnya AHY dan Edy Bagaskoro Yudoyhono, dan presiden kedua Soeharto juga bukanlah sama dengan puteri sulungnya Sity Hedrayati Rukmana alias Mbak Tutut, Tommy dan mantunya Prabowo Subianto.

Dan praktek Nepotisme inipun juga terjadi di manca dunia, faktanya di negara super power USA proses suksesi putera mahkota berlaku pada George Bush yang ayah dan anak sempat menjadi presiden AS. 

Dibagian lainpun Gusdur presiden RI ketiga masih anak dari tokoh agama yaitu Pendiri NU di Nusantara ini KH.Hasyim Ashary dan hampir semua proses suksesi kepemimpinan dipengaruhi oleh aspek TRAH, Dinasti dan kekerabatan.

Anda tidak menjadi pimpinan pucuk tapi kans/peluangnya akan sangat besar jika personalitinya terhubung dengan aspek dimaksud. Jadi kita sadari memang aturan konstitusional tidak melarang siapapun bisa menjadi pemimpin Presiden, gubernur, walikota dan Bupati bahkan jabatan strategis lainnya di republik ini, termasuk tidak ada larangan tersirat kekerabatan anak, mantu, adik, atau kakak sedarah kandung, karena konstitusi kita lebih mensyaratkan aspek uji kemampuan siapapun personalnya.

Namun mirisnya praktek dinasti juga nepotisme tetap berjalan dan image yang kurang baik secara psikologis publik. Hanya mengandalkan faktor utama lebih dekat lebih kenal yang menjadi prioritas utama untuk kans menjadi regenarasi pemimpin, cukup miris bkn ? Kembali pada takdir Allah SWT Tuhan YME. Kita manusia merencanakan tapi tuhan yang menentukan. Ok sehat dan lancar selalu untuk kita semua. Aamiin...

Tb. Boy Tanaya. P Sip

Share on Google Plus