EDITORIAL OLEH : BOY TANAYA
1. Dalam Konser amal tiga jam bersama Kompas TV donasi 7,6 Milyar untuk para korban pandemi Covid 19.
2. Diujung akhir hayatnya Kempot yang dijuluki juga God Father of Broken Heart banyak persembahkan konser amal.
3. Walau sudah ngetop tidak merubah seni tradisionalnya, tetap dengan tampilan tembang dan performa Jawa.
JAKARTA, JMI -- Kita semua telah kehilangan maestro senior campur sari Didi Kempot yang wafat baru-baru ini akibat serangan jantung. Maestro yang bernama asli Dionisius Prastyo itu diduga kelelahan kerena banyak kesibukan rekaman dan show, sehingga sang khalik memanggilnya.
Ada tauladan yang patut dicontoh oleh artis aktor muda yang kadang sementara ini khalayak ramai mencapnya artis-artis karbitan yang seolah artis OKB orang kaya baru. Karena memang notabenenya para artis muda dimaksud sedang naik daun yang memang juga masanya kehidupan artis era kini jika sudah mencapai top, maka otomatis akan bergelimang uang dengan job-jobnya dan sumber dari iklan, dll nya .
Namun kejayaan mereka lebih sering diekspose seakan pamer gaya hidup mewah perjalanan liburannya ke Eropa Amerika, jual beli mobil mewah dan mempertontonkan rumah-rumah mewah. Tanpa sadar, tontonan tersebut membuat jurang pemisah bagi warga pemirsa yang hidupnya susah dan menjadi kecemburuan sosial .
Kalaupun ada amal dan sadakahnya tidak ada seujung kukunya dari income para artis karbitan dimaksud. Tp kecendrungan lbh kepada mempertunjukan pola dan gaya hidup mewah dan mirisnya stasiun-stasiun TV membuat jadwal pertunjukan kehidupan mewah dimaksud .
Tidak seperti Didi Kempot yang memang merintis karirnya sekitar 30 tahunan dari pengamen jalanan hingga ujung kesuksesannya tidak menjadikan sombong dan angkuh apalagi pamer gaya hidup mewah dimaksud. Selamat jalan maestro campursari sahabat Ambyar Didi kempot, semoga karyamu dapat dilanjut oleh seniman generasi penerus, khususnya mencintai seni tradisional Indonesia. Doa kami menyertaimu.
0 komentar :
Posting Komentar