SUBANG, JMI -- Di tengah kondisi pandemi virus corona atau COVID-19, banyak orang dilanda ketakutan. Namun, Brigadir Agih Ferdiansyah justru menantang risiko besar tertular COVID-19.
Cerita aksi heroik penyidik pembantu di Polsek Pusakanagara (di bawah Polres Subang) bermula saat ada laporan dari masyarat soal adanya penemuan jenazah terapung di Sungai Cipunagara, Dusun Galian, Desa Patimban, Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Subang, pada 23 Mei 2020.
Sesaat laporan dari masyarakat itu disampaikan ke Polsek Pusakanagara, Agih dan beberapa rekannya datang ke lokasi. Setibanya di lokasi, ternyata jenazah itu terbawa arus sungai.
"Akhirnya dilakukan pencarian selama dua jam dan mayat ditemukan tersangkut di pohon bakau. Mayatnya berhasil dinaikkan ke darat dan dievakuasi pukul 19.00 WIB," kata Agih kepada BeritaBaik.id.
Jenazah kemudian dibawa ke puskesmas terdekat untuk diperiksa bersama Tim Inafis Polres Subang. Hasilnya, tidak ada tanda kekerasan yang menyebabkan kematian pada jenazah.
"Namun, belum puas dengan hasil pemeriksan, akhirnya mayat tersebut dibawa ke RS Bhayangkara di Losarang, Indramayu. Dibawa sama saya juga ke sana di hari yang sama (23 Mei 2020)," ungkapnya.
Di sana, jenazah itu kemudian diautopsi pada 26 Mei 2020. Proses autopsi selesai pukul 23.00 WIB. Jenazah pun akhirnya diurus sesuai standar protokol COVID-19. Jenazah dikafani, termasuk dibungkus dengan plastik.
Hal itu dilakukan karena saat ini sedang pandemi COVID-19. Sehingga, jenazah perlu diproteksi demi meminimalisir penularan COVID-19 meski bukan itu penyebab kematiannya.
Pukul 23.00 WIB, jenazah kemudian dibawa Agih menggunakan mobil ambulans dari RS Bhayangkara ke pemakaman di Sukanagara. Setibanya di sana, Rabu (27/5/2020) pukul 00.30 WIB kondisi di sekitar dilanda hujan, bahkan, liang lahat yang sudah disiapkan terendam air.
Masalahnya, tak ada yang berani memakamkan jenazah tanpa identitas itu. Sebab, warga sekitar, termasuk petugas pemakaman khawatir jika jenazah meninggal akibat COVID-19. Bahkan, sopir ambulans yang sempat turun ke liang lahat pun tak mau lama-lama ada di sana.
Ia pun memaklumi kondisi itu. Sebab, di tengah pandemi seperti sekarang, orang banyak yang takut untuk memakamkan jenazah. Apalagi, sesuai standar protokol COVID-19, pemakaman disarankan tidak dihadiri banyak orang.
"Memang tidak salah masyarakat tidak secara langsung ikut memakamkan. Apalagi ini tanpa identitas, ditemukannya pun enggak wajar. Jadi, saya juga maklum," tutur Agih.
Rasa Kemanusiaan yang Terpanggil
Saat tak ada yang berani memakamkan jenazah tersebut, Agih nekat memakamkannya sendiri. Sebab, jenazah harus sesegera mungkin dimakamkan meski dengan kondisi cukup pelik di lokasi.
Ia pun membersihkan liang lahat dari air, membuat bantalan untuk jenazah, membuka kain kafan, hingga tentunya menguburkan jenazah. Semua ia lakukan atas nama kemanusiaan.
"Dari situ, timbul dari hati saya, yang saya bawa ini sama-sama manusia. Kasihan, posisi tengah malam, hujan, akhirnya saya memakamkannya," ucap Agih.
Namun, diakuinya ada beberapa orang, termasuk warga sekitar yang turut membantu menurunkan jenazah. Caranya dengan menggunakan kain dari atas makam agar orang sekitar tak menyentuh langsung jenazah. Sedangkan saat jenazah sudah masuk ke liang lahat, ia mengerjakan semuanya sendirian.
"Proses pemakamannya selesai hampir 1,5 jam," jelas Agih.
Meski nekat, Agih tetap berusaha melindungi diri. Ia mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap saat memakamkan. Di luar itu, ia mengandalkan kekuatan doa dan berserah diri pada Allah SWT agar tak terjadi sesuatu pada dirinya, termasuk risiko kemungkinan terjangkit COVID-19.
"Saya kembalikan pada Allah SWT dan pakai APD lengkap. Kalau khawatir mah tetap ada, cuma saya berhati-hati aja saat memakamkan, jangan sampai ada bagian tubuh saya yang terbuka," papar Agih yang sudah sekitar 12 tahun menjadi polisi.
Aksi heroik Agih ini kemudian menjadi viral di media sosial. Sebab, orang lain belum tentu mau melakukan apa yang dilakukan Agih. Hal itu mengingat saat ini orang-orang dilanda kekhawatiran di tengah pandemi COVID-19.
Foto Agih yang sedang memakamkan jenazah tanpa identitas itu pun menyebar di media sosial. Bahkan, foto dirinya juga turut tersebar.Apresiasi pun banyak disampaikan publik melalui media sosial atas #AksiBaik Agih.
"Saya enggak nyangka ini akan jadi viral," ungkap Agih.
Namun, diakuinya, saat proses pemakaman memang sempat dipotret oleh rekannya sesama polisi yang ada di lokasi. "Foto itu juga awalnya hanya buat pelaporan ke pimpinan, bukan buat apa-apa," ucapnya.
Meski begitu, foto Agih dan aksinya itu sudah terlanjur tersebar di media sosial. Akhirnya, cukup banyak yang menghubunginya. Ada keluarga yang merasa khawatir hingga ada yang mengapresiasi.
"Pak Kapolres Subang juga menelepon mengucapkan terima kasih atas kinerja saya, beliau merasa bangga dengan tindakan saya," tuturnya.
Soal urusan makam-memakamkan jenazah, bagi Agih sebenarnya bukan hal baru, termasuk memakamkan jenazah tanpa identitas. Sehingga, apa yang dilakukannya adalah hal biasa.
"Alhamdulillah, sudah biasa, ini bukan yang pertama. Sudah sering saya nemu mayat dengan kondisi apapun, termasuk memakamkannya. Tapi yang sekarang enggak tahu kenapa jadi viral," jelas Agih.
Wah, coba deh bayangkan jika tak ada Brigadir Agih, bagaimana nasib jenazah tanpa identitas tersebut? Salut buat Brigadir Agih dengan aksi heroiknya!
Sumber : Beritabaik.id
0 komentar :
Posting Komentar