Ahmad Malik Adiyan dan Jumarno aktor utama dugaan penipuan
dana hibah.
|
JAKARTA, JMI -- Baru selesai dari ingatan kita geger munculnya Ratu Agung Sejagat, Sunda Empire dan King Of The King yang konon kabarnya mereka mempunyai uang puluhan ribu trilyun yang akan diberikan para pengikutnya dan akan membantu menyelesaikan hutang Negara.
Setelah didalami ternyata tak sedikit pula masyarakat yang ikut bergabung menjadi anggota dari Keraton Agung Sejagat, Sunda Empire hingga King of The King. Fenomena aneh atau munculnya kelompok-kelompok ini, terjadi karena adanya pengaruh kapitalisme neoliberal yang tejadi di masyarakat. “Munculnya kelompok ajaib ini seperti karena banyaknya kehilangan atas sosok panutan, nah ruang kosong ini yang kemudian diisi oleh kelompok-kolompok itu untuk mendapatkan keuntungan pribadi,” tuturnya.
Tak seperti halnya yang dilakukan oleh Ahmad Malik Adiyan, tidak bekerja alias pengangguran yang beralamat di Kp. Rawajambu Rt. 02 Rw. 05 Kelurahan Bojongkasih Kec. Kadupandak Cianjur, Jawa Barat yang diduga menjadi aktor dan otak penipuan dengan modus menjanjikan pemberian dana hibah kepada korban-korbanya ratusan juta hingga milyaran rupiah namun kenyataanya sudah hamper tujuh tahun berjalan uang yang dijanjikan tidak pernah terwujud. Dalam menjalankan aksinya Ahmad Malik Amidiyan dibantu Jumarno sebagai asisten pribadi yang selalu mangsa orang-orang yang bias di tipu dan dikelabui dengan alas an untuk oprasional, selamatan dan biaya-biaya lainya yang semuanya dilakukan hanya untuk menguntungkan pribadinya.
Menurut keterangan para korban yang tidak mau disebutkan namanya menjelaskan, “Pelaku dugaan penipuan dengan menjanjikan pemberian dana hibah ini tergolong berani, karena untuk meyakinkan korbannya selalu mengambil tempat di Bank Mandiri Gatot Subroto dan Bank Syariah Mandiri Thamrin Jakarta. Modus yang dilakukan adalah dengan cara memberikan cek cash yang nilainya sebesar uang yang digunakan untuk menipu. Contoh, mereka membeli sapi kepada korban 5 ekor senilai Rp. 75.000.000,- tidak di bayar dengan uang akan tetapi diberi cek cash senilai 500.000.000,- sisanya adalah bantuan dana hibah kepada pemilik sapi. Tapi pada akhinya ketika cek akan di cairkan ke bank ternyata cek itu bodong dan tidak ada isinya.
Para korban yang di janjikan akan diberi dana hibah tidak sedikit dan bahkan para korban sudah banyak membiayai hidup Ahmad Malik Adiyan. Para korban antara lain, Suanta, Habib Sulaeman, Taufik, Bukhoris, Jalu, Sri Rahayu, Tuti, Rian, Kamdani, Nadsuri, Hj. Enny, Ust. Jandan, Ust. Mohtar, Ust AA Banten, H. Ading, Murna, Razian, Rabima, Asbandi, Ujang Cemara, Hadirin, Husain, Mugi, Umiati dan Ade Auto 2000. Dalam melalukan modus dugaan penipuannya jumarno mempunyai peran sangat penting untuk mencari korban-korbannya.
Dalam melakukan aksi dugaan penipuanya korban selalu di bawa ke Bank Mandiri Gatsu dan Bank Syariah Mandiri Thamrin dengan cara seolah-olah telah di transfer ke buku rekening dan anehnya para korban dibawa masuk keruangan khusus dan mendapat pelayanan khusus dari bank ini contoh transfer yang dilakukan.
Sebelum mentransfer dana ke rekening para korban aktor dugaan penipu dana hibah mengirimkan undangan yang seakan-akan bank yang mengundang, kerugian para korban yaitu Suanta, Habib Sulaeman, Taufik, Bukhoris, Jalu, Sri Rahayu, Tuti, Rian, Kamdani, Nadsuri, Hj. Enny, Ust. Jandan,Ust. Mohtar, Ust. AA Banten, H. Ading, Murna, Razian, Rabima, Asbandi, Ujang Cemara, Hadirin, Husain, Mugi, Umiati masing-masing tidak kurang dari 10 juta per orang. Sapi 10 ekor yang sudah di potong dan 18 ekor yang belum dipotong, kerbau 1 ekor, kambing 2 ekor, Mujiati dana disetor melalui Jumarno Rp. 5.000.000,- kerugian sebenarnya cukup besar yang dialami para korban akan tetapi para korban tidak ada yang berani melapor karena selalu di bawah tekanan dan akan dinyatakan gugur sebagai peserta penerima hibah kalau sampai melapor atau membocorkan data,” tuturnya.
BAMBANG SARJITO/JMI/RED
0 komentar :
Posting Komentar