Menhan Prabowo Subianto menjajal senjata buatan PT Pindad di Bandung, Jawa Barat, kemarin. (Kemenhan for Jawa Pos) |
JAKARTA, JMI -- Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto tercatat banyak melakukan kunjungan ke luar negeri semenjak tergabung dalam Kabinet Indonesia Maju. Sikapnya itu lantas mendapat sentimen negatif dari publik. Dia dianggap terlalu banyak pelesiran dibanding bekerja.
Staf Khusus Prabowo Dahnil Anzar Simanjuntak membantah tudingan itu. Dia memastikan kepergian Prabowo ke luar negeri bukan untuk pelesiran. Melainkan, fokus dalam upaya diplomasi pertahanan sehingga kegiatannya banyak berlangsung di luar negeri.
“Sejak awal beliau menyatakan bahwasannya dua bulan sampai enam bulan pertama beliau akan fokus pada modernisasi alutsista, makanya dikritik kok Pak Prabowo ke luar negeri terus?” kata Dahnil di Kantor Kemenhan, Jakarta Pusat, Kamis (16/1).
Di awal kepemimpinannya, Prabowo tercatat sudah pernah berkunjung ke Jepang, Tiongkok, Prancis, Jerman, dan Turki. Prabowo juga dijadwalkan bertandang ke Rusia, namun belum jelas kapan waktunya.
Dahnil mengatakan, kritik tersebut muncul karena banyak pihak yang tidak paham kerja seorang menhan. Setiap kunjungan ke luar negeri, mantan Danjen Koppasus itu bukan sebatas membahas alutsista, melainkan membangun konsep pertahanan negara.
“Satu tugas menhan adalah diplomasi pertahanan, diplomasi pertahanan itu penting sekali, itu adalah bagian penting konsep besar pertahanan kita, kita hidup di dunia terdiri dari negara negara yang besar,” imbuhnya.
Dahnil menjelaskan, dalam belanja alutsista, Kemenhan memiliki pertimbangan geopolitik dan geostrategis. Oleh karena itu diplomasi pertahanan sangat perlu dilakukan..
“Nah kritik kenapa harus sering ke luar negeri, berangkat dari pengamat politik yang enggak paham tentang pertahanan, padahal tugas Menhan adalah diplomasi pertahanan,” jelasnya.
0 komentar :
Posting Komentar