SUBANG, JMI -- Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Ikhlas Raudlatul Uluum Kampung Cijere Desa Tenjolaya Kecamatan Kasomalang Kabupaten Subang, resmi menjadi Desa Santri Berbasis Digital.
Pimpinan Ponpes Al-Ikhlas Raudlatul Uluum Ustadz Atep Abdul Ghofar mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Raja Lembaga Adat Karatwan (LAK) Galuh Pakuan Rahyang Mandalajati Evi Silviadi, yang sudah menginisiasi Ponpes yang dipimpinnya dijadikan desa santri berbasis digital.
"Saya atas nama probadi dan seluruh santri serta masyarakat Desa Tenjolaya Kecamatan Kasomalang, menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kang Raja Galuh Pakuan, atas perannya menjadikan Ponpes kami menjadi desa santri berbasis digital," ucap Ustadz Atep kepada wartawan di Subang, Senin (11/11/2019).
Desa santri berbasis digital ini kata Atep, akan dimanfaatkan untuk mengkal hoax, radikalisme dan terorisme, sehingga tekhnologi digital ini tidak dimanfaatkan ke hal yang negatif, untuk memecah belah umat, merusak persatuan dan kesatuan, justru dibuat untuk membangun ukhuwah islamiyah.
"Jadi tekhnologi digital ini, akan kami manfaatkan untuk hal yang positif, mulai dari menangkal hoax, radikalisme, dan terorisme, yang belakangan ini lagi marak terjadi, sehingga identik dengan desa santri berbasis digital, dan tekhnologi ini akan kami manfaatkan untuk berdakwah," terangnya.
Selain itu ditegaskannya, dengan desa santri berbasis digital ini, akan dimanfaatkan untuk membangun karakter dan kemandirian santri yang memiliki jiwa kewirausahaan. Kewirausahaan yang akan dikembangkan yaitu program bank domba, seiring dengan konsep Raja LAK Galuh Pakuan Rahyang Mandalajati Evi Silviadi.
"Desa santri berbasis digital ini, tentunya juga harus mampu meningkatkan perekonomian ponpes, melalui program bank domba, sesuai konsep dari Raja Galuh Pakuan," tegas Atep.
Program bank domba ini dijelaskan Atep, orang tua santri yang mampu, bisa menitipkan domba ke Ponpes, kemudian diternakan baik dari sisi seni domba itu, dan domba yang akan diternak di sini ialah domba garut, atau dikembangkan menjadi domba pedaging. Dan dengan bank domba ini nantinya santri bisa membiayai hidup selama di ponpes dari wirausaha di bank domba tersebut.
"Sedangkan bagi orang tua santri yang tidak mampu, tidak usaha menitipkan dombanya, tetapi akan diarahkan mengurus domba garut itu untuk biaya hidup," imbuhnya.
Sehingga dengan demikian desa santri berbasis digital sebagai pemberdayaan moral dan perekonomian melalui kewirausahaan yang dibangn para santri.
AGUS HAMDAN/JMI/RED
0 komentar :
Posting Komentar