JAKARTA, JMI -- Peran perempuan dalam pengembangan UMKM terbilang besar. Namun banyak dari mereka masih terhambat dalam mengembangkan usahanya terutama karena permodalan.
"Ada banyak masalah lain, seperti akses untuk mendapat kesempatan pengembangan keterampilan, seperti pengembangan produk, manajemen keuangan, tata kelola perusahaan dan pemasaran," ungkap Chief Operating Officer PT Katadata Indonesia Ade Wahyudi dalam seminar bertajuk Scalling Up Women Entrepreneurs di Jakarta (5/3/) yang diselenggarakan oleh PT Katadata Indonesia.
Acara ini turut didukung Investing in Women, sebuah inisiatif Pemerintah Australia yang mempromosikan pemberdayaan ekonomi perempuan di Asia Tenggara.
"Kami ingin mengakomodir pemerataan kesempatan bagi perempuan di bidang ekonomi. Kami senang bekerja sama dengan Katadata Indonesia. Melalui Investing in Women kami fokus kepada data terkait peran perempuan di sektor usaha," kata CEO Investing in Women Julia Newton-Howes dalam siaran persnya.
Newton-Howes menyatakan, selain perlu mekanisme pendukung maka pola pikir para perempuan pengusaha juga perlu diubah. “Perempuan di Indonesia termotivasi untuk mandiri secara ekonomi, baik sebagai pekerja maupun wirausaha. Kita harus mulai melihat mengapa sistem menghalangi mereka dalam scalling-up bisnis,” tutur dia.
Pemilik jenama fesyen "Adraworld" Hayuning Sumbadra mengutarakan, mentor bisnis adalah pintu awal baginya sehingga bisa menjangkau sejumlah akses guna meningkatkan skala usaha. Menurutnya, keleluasaan akses bagi perempuan pengusaha secara umum relatif sama dengan laki-laki.
"Tapi menurut saya, dalam beberapa hal seperti akses permodalan itu informasinya lebih kurang tersebar kepada perempuan daripada laki-laki. Kita sendiri (perempuan pengusaha) harus rajin buka akses pasar," katanya.
Pendiri Instellar Dian Wulandari menjelaskan, berdasarkan penelitian yang pernah disimaknya diketahui bahwa perempuan pengusaha relatif lebih tangguh dalam menghadapi dinamika bisnis. Tapi, sejumlah kendala melingkupi sehingga usahanya tidak berkembang signifikan.
"Ada tiga hal (hambatan), yaitu minim akses terhadap informasi atau keterampilan, minim akses penguatan keuangan. Dua hal ini sulit diatasi karena perempuan sendiri yang kurang percaya diri," ujar dia.
Partner Patamar Capital Dondi Hananto menuturkan, berdasarkan survei yang pernah dibacanya diketahui bahwa kurang dari 5 persen dana yang disalurkan perusahaan modal ventura di Amerika Serikat tertuju kepada perempuan pengusaha.
"Fokus kami dalam salurkan dana, kami lihat bisnis yang grafik pertumbuhan usahanya ada lompatan baru yang signifikan dalam beberapa tahun sejak beroperasi. Karena memang dari sepuluh yang didanai, delapan usaha mungkin mati," ucapnya.
Salah satu fokus kerja Investing in Women di Indonesia ialah mendukung organisasi seperti Patamar Capital, Kinara Indonesia, Root Capital, Small Enterprise Assistance Funds (SEAF), dan Capital 4 Development (C4D) Partners yang memberikan dukungan dalam pengembangan kapasitas untuk UMKM yang dimiliki atau memberikan dampak terhadap perempuan.
Belum lama ini, C4D Partners mengumumkan closing pertama dari C4D Asia Fund, yang didukung oleh Investing in Women. Selain melakukan pendanaan di tiga negara, termasuk Indonesia, dana ini dilengkapi dengan Investee SIpport Facility untuk membantu pengusaha memenuhi kebutuhan dan tantangan yang mereka hadapi.
Kementerian Koperasi dan UKM mencatat, total UMKM pada tahun lalu hampir 60 juta. Dari jumlah ini, lebih dari 14 juta usaha dikelola perempuan. Kontribusi UMKM yang dikelola perempuan terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 9,1 persen. Sementara kontribusinya terhadap ekspor lebih dari 5 persen.
"Ada banyak masalah lain, seperti akses untuk mendapat kesempatan pengembangan keterampilan, seperti pengembangan produk, manajemen keuangan, tata kelola perusahaan dan pemasaran," ungkap Chief Operating Officer PT Katadata Indonesia Ade Wahyudi dalam seminar bertajuk Scalling Up Women Entrepreneurs di Jakarta (5/3/) yang diselenggarakan oleh PT Katadata Indonesia.
Acara ini turut didukung Investing in Women, sebuah inisiatif Pemerintah Australia yang mempromosikan pemberdayaan ekonomi perempuan di Asia Tenggara.
"Kami ingin mengakomodir pemerataan kesempatan bagi perempuan di bidang ekonomi. Kami senang bekerja sama dengan Katadata Indonesia. Melalui Investing in Women kami fokus kepada data terkait peran perempuan di sektor usaha," kata CEO Investing in Women Julia Newton-Howes dalam siaran persnya.
Newton-Howes menyatakan, selain perlu mekanisme pendukung maka pola pikir para perempuan pengusaha juga perlu diubah. “Perempuan di Indonesia termotivasi untuk mandiri secara ekonomi, baik sebagai pekerja maupun wirausaha. Kita harus mulai melihat mengapa sistem menghalangi mereka dalam scalling-up bisnis,” tutur dia.
Pemilik jenama fesyen "Adraworld" Hayuning Sumbadra mengutarakan, mentor bisnis adalah pintu awal baginya sehingga bisa menjangkau sejumlah akses guna meningkatkan skala usaha. Menurutnya, keleluasaan akses bagi perempuan pengusaha secara umum relatif sama dengan laki-laki.
"Tapi menurut saya, dalam beberapa hal seperti akses permodalan itu informasinya lebih kurang tersebar kepada perempuan daripada laki-laki. Kita sendiri (perempuan pengusaha) harus rajin buka akses pasar," katanya.
Pendiri Instellar Dian Wulandari menjelaskan, berdasarkan penelitian yang pernah disimaknya diketahui bahwa perempuan pengusaha relatif lebih tangguh dalam menghadapi dinamika bisnis. Tapi, sejumlah kendala melingkupi sehingga usahanya tidak berkembang signifikan.
"Ada tiga hal (hambatan), yaitu minim akses terhadap informasi atau keterampilan, minim akses penguatan keuangan. Dua hal ini sulit diatasi karena perempuan sendiri yang kurang percaya diri," ujar dia.
Partner Patamar Capital Dondi Hananto menuturkan, berdasarkan survei yang pernah dibacanya diketahui bahwa kurang dari 5 persen dana yang disalurkan perusahaan modal ventura di Amerika Serikat tertuju kepada perempuan pengusaha.
"Fokus kami dalam salurkan dana, kami lihat bisnis yang grafik pertumbuhan usahanya ada lompatan baru yang signifikan dalam beberapa tahun sejak beroperasi. Karena memang dari sepuluh yang didanai, delapan usaha mungkin mati," ucapnya.
Salah satu fokus kerja Investing in Women di Indonesia ialah mendukung organisasi seperti Patamar Capital, Kinara Indonesia, Root Capital, Small Enterprise Assistance Funds (SEAF), dan Capital 4 Development (C4D) Partners yang memberikan dukungan dalam pengembangan kapasitas untuk UMKM yang dimiliki atau memberikan dampak terhadap perempuan.
Belum lama ini, C4D Partners mengumumkan closing pertama dari C4D Asia Fund, yang didukung oleh Investing in Women. Selain melakukan pendanaan di tiga negara, termasuk Indonesia, dana ini dilengkapi dengan Investee SIpport Facility untuk membantu pengusaha memenuhi kebutuhan dan tantangan yang mereka hadapi.
Kementerian Koperasi dan UKM mencatat, total UMKM pada tahun lalu hampir 60 juta. Dari jumlah ini, lebih dari 14 juta usaha dikelola perempuan. Kontribusi UMKM yang dikelola perempuan terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 9,1 persen. Sementara kontribusinya terhadap ekspor lebih dari 5 persen.
0 komentar :
Posting Komentar