WWW.JURNAL MEDIA INDONESIA.COM

LRT Jabodebek Diuji Coba Juli Mendatang

Pekerja beraktivitas di lokasi proyek pembangunan longspan atau jembatan panjang LRT Jabodebek lintas pelayanan 1 Cawang-Cibubur, di Jakarta, Jumat (29/3/2019).
JAKARTA, JMI -- Direktur Utama PT Adhi Karya Budi Harto mengatakan, uji coba Lintas Rel Terpadu Jakarta Bogor Depok Bekasi (LRT Jabodebek) ditargetkan pada Juli 2019 mendatang. Menurut dia, lintas 1 jalur Cawang-Cibubur akan menjadi jalur pertama yang diujicobakan.

"Pada Juli, pada jalur Cawang-Cibubur sini ada kereta yang sudah bisa uji coba. Jadi, akan bertahap dengan apa yang diperlukan, kita selesaikan," ujar Budi seusai meninjau proyek tersebut, Jumat (29/3).

Ia menjelaskan, uji coba LRT Jabodebek akan dilakukan secara bertahap sampai dinyatakan siap beroperasi. Sementara itu, untuk kereta, kata Budi, sebagian besar sudah didatangkan dari PT INKA dari 32 trainset yang dipesan PT Kereta Api Indonesia (KAI).

Ia mengatakan, saat ini kendala proyek LRT Jobedebek adalah pembebasan lahan di Bekasi Timur. Sebab, dibutuhkan 10 hektare lahan di sana. Ia memastikan, pembebasan lahan akan selesai pada akhir April 2019.

"Kira-kira separuh sudah. Karena, separuh punya Adhi Karya hanya membebaskan, yang bermukim saja. Kalau saat ini yang baru bebas baru tiga hektare, tapi yang lainnya sudah dalam proses," kata Budi.

Sementara itu, untuk lintas Cawang-Dukuh Atas yang menjadi kendala adalah keramaian lalu lintas. Menurut Budi, kendaraan masih melintas di sana hingga malam hari. Jika di Dukuh Atas sendiri, lanjut dia, banyak moda transportasi umum di satu titik. Di antaranya kereta rel listrik (KRL), moda raya terpadu (MRT), LRT Jakarta, termasuk LRT Jabodebek. Dengan begitu, diperlukan desain integrasi untuk mendukung semua antarmoda.

Budi menambahkan, pihaknya akan membangun area transit oriented development (TOD). Di antaranya Cibubur, Ciracas, terminal Kampung Rambutan, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Cawang, Cikoko, Pancoran, Kuningan, Batu Cempaka, Bekasi Barat, dan Bekasi Timur.

Sedangkan, untuk integrasi LRT Jabodebek dengan antarmoda lainnya, Badan Pengelola Transportasi Jakarta (BPTJ) yang merencanakannya. "BPTJ sudah merencanakan itu, jadi di antaranya adalah dari Cibubur itu. Di Kampung Rambutan berimpitan antara stasiun LRT dan Terminal Bus Kampung Rambutan," kata Budi.

Budi mengatakan, integrasi juga akan terjadi di kawasan Cawang, tepatnya di jalur LRT Cibubur-Cawang dan Bekasi Timur-Cawang. Stasiun Cikoko di LRT jalur Cawang-Kuningan-Dukuh Atas selanjutnya terintegrasi dengan Stasiun Cawang yang melayani moda transportasi commuter line.

Saat ini, progres pembangunan LRT Jabodebek per 22 Maret 2019 secara keseluruhan rata-rata mencapai 59,64 persen. Progres untuk Lintas Pelayanan 1 Cawang-Cibubur sebesar 79,69 persen, Lintas Pelayanan 2 Cawang-Kuningan-Dukuh Atas sebesar 47,95 persen, dan Lintas Pelayanan 3 Cawang-Bekasi Timur sebesar 53,84 persen.

Di sisi lain, Ketua Forum Transportasi Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Dwi Laksana mengatakan, sebenarnya LRT Jabodebek diproyeksikan rampung pada Maret 2019 ini, bersamaan dengan MRT Jakarta.

"Padahal, kan LRT diproyeksikan sebenarnya itu Maret 2019, bersamaan dengan MRT," ujar Aditya saat dihubungi Republika, Jumat.

Namun, kenyataannya LRT Jabodebek belum rampung hingga saat ini. Aditya mengatakan, hal ini signifikan dampak dari penundaan kereta cepat Jakarta-Bandung dan light rail transit (LRT) Jabodebek agar tak menghambat lalu lintas di ruas Tol Jakarta-Cikampek menjelang arus mudik November lalu.

Dengan adanya penundaan pembangunan kedua proyek tersebut, beberapa titik sudah diputuskan untuk tidak ada pengerjaan konstruksi. Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dan LRT ditunda pada kilometer 11 hingga 17 di ruas Tol Jakarta-Cikampek.

Namun, menurut dia, penundaan bukan menjadi alasan bagi PT Adhi Karya. Sebab, Aditya mengatakan, Adhi Karya bisa melaksanakan LRT Jabodebek di lintas lainnya yang tidak bersinggungan dengan Tol Jakarta-Cikampek, seperti lintas Cawang-Dukuh Atas.

"Karena, saya rasa tetap saja di tahun 2020 itu baru bisa selesai. Jadi, jelas bahwa itu akan menunda penyelesaian," kata Aditya.

Penumpang beralih

Setelah diresmikan dan dilakukan uji coba, MRT mulai beroperasi sejak Senin (25/3) lalu. Terpantau sudah cukup banyak pengguna MRT, khususnya dari kalangan pekerja.

Namun, beroperasinya MRT dikhawatirkan menggusur eksistensi moda transportasi Transjakarta koridor 1 Blok M-Kota yang melintasi jalur MRT dan berakibat terhadap penurunan jumlah penumpang Transjakarta.

Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DKTJ) Iskandar Abubakar menilai, ada dua kemungkinan terkait hal tersebut. Menurut dia, pengguna moda transportasi Transjakarta dapat berpindah menggunakan moda raya transportasi (MRT) sehingga jumlah penumpangnya pun akan turun.

"Di Dukuh Atas itu bisa terjadi penumpang yang tadinya naik Transjakarta berganti ke MRT," kata Iskandar.

Ia menyebutkan, peralihan penumpang Transjakarta di wilayah Dukuh Atas juga akan didukung dengan kehadiran LRT yang saat ini masih belum dibangun. "Ke depan, LRT akan masuk Dukuh Atas. Saya pikir ini akan buat orang juga mulai memakai MRT," ujar dia.

Selain di kawasan Dukuh Atas, yang dilalui Transjakarta koridor 1, Iskandar menyebut turunnya penumpang Transjakarta bisa terjadi juga di Halte CSW ASEAN yang dilalui koridor 13 Transjakarta dengan rute Ciledug-Kuningan.

Ia memperkirakan, hal itu dapat terjadi karena koridor satu MRT merupakan rute yang padat dan sibuk, khususnya pada jam-jam pulang dan berangkat kerja. Sehingga masyarakat yang mengejar waktu kemungkinan memilih MRT sebagai transportasi mereka.

"Jadi, MRT ini bisa mengakomodasi masyarakat yang bekerja di wilayah Sudirman-Thamrin," kata Iskandar.
Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar

BERITA TERKINI

Super Meriah, SMPN 1 Godong Gelar Spensago Expo dan Karya P5 Sebagai Ajang Unjuk Kreativitas Siswa

GROBOGAN, JMI - Gelar karya Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di SMPN 1 Godong Kabupaten Grobogan berlangsung sukses, pada Har...