Ulat Fall Armyworm |
Pakar Hama dan Penyakit Tumbuhan dari IPB, Dr. Idham Sakti Harahap menyebut, kerusakan akibat hama ulat itu jauh lebih besar daripada hama ulat yang sudah ada di Indonesia. Sebab itu, Badan Karantina diimbau mengambil langkah antisipasi agar larva tidak masuk ke Indonesia.
"Hama ini berasal dari AS dan kini sudah mewabah di Myanmar, India, Thailand, dan Filipina. Jika tidak diantisipasi sejak dini, tinggal selangkah lagi dari negara tetangga ke Indonesia melalui Sulawesi," kata Idham kepada wartawan, Jum'at (8/2/2019).
Idham menjelaskan, penyebaran hama ulat Spodoptera frugiperda bisa melalui perdagangan sayur-mayur, buah-buahan antarnegara. Apalagi, ulat Spodoptera frugiperda ini sangat cocok hidup dan berkembang biak di Indonesia yang memiliki iklim tropis.
"Kalau pertanian kita terkena hama ulat ini, kerusakannya sangat cepat. Hama ini bisa bertelur 1.844 butir dan terdapat overlapping generasi setiap tahunnya," terang Idham.
"Saat menjadi kupu-kupu, Spodoptera frugiperda bisa terbang sejauh 100 km perhari dengan bantuan angin. Serangga ini mampu bertahan di musim dingin. Karena Indonesia negara tropis, jadi sangat berpotensi terserang hama ini," sambungnya.
Sementara itu, Dosen Departemen Proteksi Tanaman IPB dan Anggota Perhimpunan Entomoligi Indonesia,
Dr. Dewi Sartiami menyebut, sampai saat ini belum ditemukan penyebaran hama spodoptera frugidia di Indonesia.
"Di Indonesia umumnya hanya ada hama genua spodoptera atau dikenal ulat grayak. Tapi untuk jenis spodoptera frugiperda belum ditemukan," kata dia.
Namun demikian, ia mengimbau kepada para penyuluh pertanian untuk melakukan sosialisasi bagi para petani terhadap ciri-ciri ulat spodoptera frugiperda ini.
"Cirinya memiliki bentuk huruf Y terbalik di kepala dan memiliki garis memanjang di atas apex dari kepala bagian atas," ungkapnya.
DTK
0 komentar :
Posting Komentar