Ilustrasi |
Pagi hari ini, sebagian besar mata uang utama Asia tercatat melemah terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,03 persen sementara dolar Singapura dan ringgit Malaysia loyo 0,03 persen dan 0,05 persen. Terakhir, peso Filipina merosot 0,07 persen.
Meski demikian, ada juga beberapa mata uang Asia yang menguat, seperti won Korea Selatan dan baht Thailand yang masing-masing menguat 0,04 persen.
Sementara itu, mata uang negara-negara maju menguat terhadap dolar AS, seperti Euro dan dolar Australia yang menguat masing-masing 0,05 persen dan 0,22 persen. Di sisi lain, poundsterling Inggris tidak menunjukkan pergerakan sama sekali terhadap dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan rupiah hari ini masih terpengaruh oleh risalah tim Federal Open Market Commitee (FOMC) pada Rabu (21/2) malam. Di dalam pertemuan itu, petinggi bank sentral AS Federal Reserve masih menakar perlu tidaknya kenaikan suku bunga acuan Fed Rate di tahun ini.
Padahal sebelumnya, Gubernur The Fed Jerome Powell menyebut The Fed akan lebih sabar dalam melakukan kebijakan moneter tahun ini. Pada akhirnya, ini kembali membuka potensi kenaikan Fed Rate minimal satu kali pada tahun ini yang kemungkinan terjadi akhir tahun.
Selain itu, pelaku pasar juga mulai khawatir dengan perkembangan global setelah beberapa riset menunjukkan potensi hal tersebut. Dengan demikian, masih ada potensi rupiah kembali melemah hari ini.
"Semuanya terpaku pada pelemahan pertumbuhan ekonomi global, jadi mungkin rupiah hari ini akan konsolidasi seperti kemarin, yakni di kisaran Rp14.030 hingga Rp14.100 per dolar AS," tutur Ariston kepada awak media, Jumat (22/2).
JMI/CNN/RED
0 komentar :
Posting Komentar