JAKARTA, JMI -- Muhammad Zainul Majdi atau karib disapa Tuan Guru Bajang alias TGB resmi bergabung Partai Golkar.
Mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat itu kembali jadi sorotan setelah sempat menggegerkan publik dengan bersikap mendukung Joko Widodo padahal dia saat itu bernaung di Partai Demokrat --yang saat ini berlabuh di kubu oposisi.
Peneliti Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) Ali Munhanif menganggap berlabuhnya TGB ke partai beringin merupakan pilihan realistis seorang politikus untuk terus menyambung karier.
"Golkar menjadi alternatif paling besar peluang bagaimana dirinya bisa menjulang ke depan," kata Ali, Jumat (21/12).
Ali menilai keberadaan TGB di Demokrat mandek karena di bernaung di partai yang dikuasai oleh keluarga Susilo Bambang Yudhoyono, yang dalam hal ini lebih mengutamakan putra-putranya memimpin partai.
"Memang bukan hal buruk, tapi ini berakibat pada hengkangnya sejumlah politisi potensial yang semula berkarir di PD, salah satunya ya TGB ini," katanya.
Keberadaan TGB di Golkar lebih diperhitungkan. Itu pun bergantung pada bagaimana TGB bisa memanfaatkam sumber-sumber politik kulturalnya dalam meraih posisi penting di pemerintahan kelak.
"Dia masih muda tapi sudah menjabat dua periode gubernur. Golkar akan sangat perhitungkan penempatan TGB dalam kontes ke depan. Dia juga tokoh terkemuka dengan kekuatan elektoral besar di NTB. Mungkin satu-satunya malah yang bagi sebagian orang, TGB adalah NTB itu sendiri," katanya.
Tak hanya dihormati oleh masyarakat NTB, TGB juga dikenal sebagai tokoh agama yang cukup diagungkan oleh sejumlah kalangan umat.
Peneliti Populi Center, Rafif Pamenang Imawan menilai TGB tergolong cermat memutuskan bergabung dengan partai yang tidak berbasis agama.
Dengan bergabungnya TGB ke Golkar, kata Rafif, bisa membuat dia menonjol sebagai tokoh Islam di partai beringin.
"Dari sisi kelembagaan, kehadiran TGB dapat menjadi magnet pemilih muslim memilih Golkar. Karena bagaimanapun juga, narasi Islam kuat dalam Pemilu kali ini," kata Rafif.
Golkar saat ini dikuasai oleh beberapa faksi yang akan memberikan ruang bagi TGB untuk bisa bermanuver lebih. Sehingga Golkar bisa semakin leluasa meelancarkan kepentingan strategis di Pileg dan Pilpres.
"Dibandingkan dengan partai-partai lain, partai Golkar lebih memberikan ruang pada TGB. Jika bergabung dengan PKB, maka TGB akan berhadapan dengan gerbong Muhaimin. Pun demikian jika bergabung dengan Nasdem akan berhadapan dengan Surya Paloh, apalagi di PDIP ada Megawati yang mesti dia hadapi," katanya.
Keputusan TGB merapat ke beringin disimpulkan sebagai langkah besar yang juga membawa dia pada kemajuan yang potensial. Sebab belum apa-apa saja, TGB bahkan telah diberi mandat memegang dua jabatan sekaligus, yang keduanya cukup strategis di partai pohon beringin ini.
"Patut dicatat, begitu bergabung TGB langsung memegang dua jabatan sekaligus, pertama sebagai Ketua Korbid Keummatan dan kedua sebagai Wakil Ketua Bappilu Legislatif dan Presiden. Posisi ini tentu cukup besar yang tekah diberikan pada prang yang baru bergabung dalam hitungan hari," kata Rafif.
Mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat itu kembali jadi sorotan setelah sempat menggegerkan publik dengan bersikap mendukung Joko Widodo padahal dia saat itu bernaung di Partai Demokrat --yang saat ini berlabuh di kubu oposisi.
Peneliti Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) Ali Munhanif menganggap berlabuhnya TGB ke partai beringin merupakan pilihan realistis seorang politikus untuk terus menyambung karier.
"Golkar menjadi alternatif paling besar peluang bagaimana dirinya bisa menjulang ke depan," kata Ali, Jumat (21/12).
Ali menilai keberadaan TGB di Demokrat mandek karena di bernaung di partai yang dikuasai oleh keluarga Susilo Bambang Yudhoyono, yang dalam hal ini lebih mengutamakan putra-putranya memimpin partai.
"Memang bukan hal buruk, tapi ini berakibat pada hengkangnya sejumlah politisi potensial yang semula berkarir di PD, salah satunya ya TGB ini," katanya.
Keberadaan TGB di Golkar lebih diperhitungkan. Itu pun bergantung pada bagaimana TGB bisa memanfaatkam sumber-sumber politik kulturalnya dalam meraih posisi penting di pemerintahan kelak.
"Dia masih muda tapi sudah menjabat dua periode gubernur. Golkar akan sangat perhitungkan penempatan TGB dalam kontes ke depan. Dia juga tokoh terkemuka dengan kekuatan elektoral besar di NTB. Mungkin satu-satunya malah yang bagi sebagian orang, TGB adalah NTB itu sendiri," katanya.
Tak hanya dihormati oleh masyarakat NTB, TGB juga dikenal sebagai tokoh agama yang cukup diagungkan oleh sejumlah kalangan umat.
Peneliti Populi Center, Rafif Pamenang Imawan menilai TGB tergolong cermat memutuskan bergabung dengan partai yang tidak berbasis agama.
Dengan bergabungnya TGB ke Golkar, kata Rafif, bisa membuat dia menonjol sebagai tokoh Islam di partai beringin.
"Dari sisi kelembagaan, kehadiran TGB dapat menjadi magnet pemilih muslim memilih Golkar. Karena bagaimanapun juga, narasi Islam kuat dalam Pemilu kali ini," kata Rafif.
Golkar saat ini dikuasai oleh beberapa faksi yang akan memberikan ruang bagi TGB untuk bisa bermanuver lebih. Sehingga Golkar bisa semakin leluasa meelancarkan kepentingan strategis di Pileg dan Pilpres.
"Dibandingkan dengan partai-partai lain, partai Golkar lebih memberikan ruang pada TGB. Jika bergabung dengan PKB, maka TGB akan berhadapan dengan gerbong Muhaimin. Pun demikian jika bergabung dengan Nasdem akan berhadapan dengan Surya Paloh, apalagi di PDIP ada Megawati yang mesti dia hadapi," katanya.
Keputusan TGB merapat ke beringin disimpulkan sebagai langkah besar yang juga membawa dia pada kemajuan yang potensial. Sebab belum apa-apa saja, TGB bahkan telah diberi mandat memegang dua jabatan sekaligus, yang keduanya cukup strategis di partai pohon beringin ini.
"Patut dicatat, begitu bergabung TGB langsung memegang dua jabatan sekaligus, pertama sebagai Ketua Korbid Keummatan dan kedua sebagai Wakil Ketua Bappilu Legislatif dan Presiden. Posisi ini tentu cukup besar yang tekah diberikan pada prang yang baru bergabung dalam hitungan hari," kata Rafif.
0 komentar :
Posting Komentar