JAKARTA, JMI -- Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.305 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot pagi ini, Selasa (4/12). Posisi ini melemah 61 poin atau 0,43 persen dari kemarin sore, Senin (3/12) di Rp14.244 per dolar AS.
Di kawasan Asia, beberapa mata uang berbalik arah ke zona merah seperti halnya rupiah. Diikuti peso Filipina yang melemah 0,48 persen, won Korea Selatan minus 0,21 persen, dolar Singapura minus 0,03 persen, dan dolar Hong Kong minus 0,01 persen.
Namun, beberapa di antaranya tetap mampu bertahan di zona hijau, seperti yen Jepang menguat 0,11 persen, baht Thailand 0,07 persen, dan ringgit Malaysia 0,03 persen.
Sebaliknya, mayoritas mata uang utama negara maju justru terperosok ke zona merah. Hanya euro Eropa yang stagnan dari posisi kemarin sore. Sedangkan rubel Rusia melemah 0,11 persen, dolar Australia minus 0,07 persen, franc Swiss minus 0,05 persen, dolar Kanada minus 0,03 persen, dan poundsterling Inggris minus 0,03 persen.
Kendati rupiah melemah pagi ini, Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi memperkirakan rupiah masih punya potensi untuk berbalik arah atau menguat kembali dari dolar AS. Sentimen penggerak rupiah masih bergantung pada sinyal damai perang dagang antara AS dengan China. Sedangkan sentimen dari dalam negeri terbilang minim.
"Belum ada katalis baru dari Amerika, tapi karena dari domestik masih cukup baik dan stabil, jadi rupiah masih berpeluang menguat," ujarnya, Selasa (4/12).
Sepanjang pekan ini, ia memproyeksi rupiah bergerak di kisaran RP14.000-14.460 per dolar AS. "Ada peluang rupiah ke Rp14 ribu per dolar AS karena kenaikan bunga acuan The Fed diperkirakan hanya satu kali pada 2019," pungkasnya.
Di kawasan Asia, beberapa mata uang berbalik arah ke zona merah seperti halnya rupiah. Diikuti peso Filipina yang melemah 0,48 persen, won Korea Selatan minus 0,21 persen, dolar Singapura minus 0,03 persen, dan dolar Hong Kong minus 0,01 persen.
Namun, beberapa di antaranya tetap mampu bertahan di zona hijau, seperti yen Jepang menguat 0,11 persen, baht Thailand 0,07 persen, dan ringgit Malaysia 0,03 persen.
Sebaliknya, mayoritas mata uang utama negara maju justru terperosok ke zona merah. Hanya euro Eropa yang stagnan dari posisi kemarin sore. Sedangkan rubel Rusia melemah 0,11 persen, dolar Australia minus 0,07 persen, franc Swiss minus 0,05 persen, dolar Kanada minus 0,03 persen, dan poundsterling Inggris minus 0,03 persen.
Kendati rupiah melemah pagi ini, Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi memperkirakan rupiah masih punya potensi untuk berbalik arah atau menguat kembali dari dolar AS. Sentimen penggerak rupiah masih bergantung pada sinyal damai perang dagang antara AS dengan China. Sedangkan sentimen dari dalam negeri terbilang minim.
"Belum ada katalis baru dari Amerika, tapi karena dari domestik masih cukup baik dan stabil, jadi rupiah masih berpeluang menguat," ujarnya, Selasa (4/12).
Sepanjang pekan ini, ia memproyeksi rupiah bergerak di kisaran RP14.000-14.460 per dolar AS. "Ada peluang rupiah ke Rp14 ribu per dolar AS karena kenaikan bunga acuan The Fed diperkirakan hanya satu kali pada 2019," pungkasnya.
0 komentar :
Posting Komentar