JAKARTA, JMI -- Kurs rupiah dibuka menguat pagi ini, Selasa, (18/12). Berdasarkan data Bloomberg, penguatannya sebesar 0,13 persen atau 19 poin di Rp 14.561 per dolar AS.
Sekitar pukul 09.30 WIB, rupiah mulai meninggalkan level Rp 14.500 per dolar AS. Menguat 0,57 persen atau 82 poin, mata uang Garuda tersebut melaju ke Rp 14.497 per dolar AS.
Analis CSA Research Institute Reza Priyambada memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp 14.585 sampai Rp 14.562 per dolar AS. Ia menilai, adanya rils neraca perdagangan tersebut telah mengaburkan harapan akan adanya kenaikan pada laju rupiah.
"Padahal pada perdagangan di Asia, laju dolar AS sempat mengalami pelemahan. Hal itu karena pelaku pasar sempat berspekulasi nantinya The Fed belum akan menaikkan suku bunganya," ujar Reza di Jakarta, Selasa, (18/12).
Ia menjelaskan, terdapat jajak pendapat NBC atau Wall Street Journal nasional yang menunjukkan secara keseluruhan, 28 persen warga Amerika mengatakan ekonomi akan menjadi lebih baik pada 2019. Kendati demikian, sebanyak 33 persen responden memprediksi sebaliknya.
"Kondisi ini sekiranya dapat membuat laju dolar AS melemah. Diharapkan, jika kondisi tersebut terjadi maka rupiah dapat mengambil kesempatan tersebut untuk kembali menguat," tutur Reza.
Hanya saja, kata dia, tetap waspadai berbagai macam sentimen. Terutama, adanya sentimen yang dapat membuat laju rupiah kembali melemah.
Analis Samuel Sekuritas, Ahmad Mikail mengatakan mata uang dolar AS cenderung bergerak melemah terhadap hampir semua mata uang dunia, termasuk rupiah. Ini seiring dengan ekspektasi pasar terhadap sikap the Fed yang cenderung untuk menunda kenaikan suku bunga (dovish).
"Jelang rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada pekan ini, ekspektasi pasar semakin kuat bahwa The Fed akan memberikan arah kebijakan moneter yang kurang agresif atau dovish pada 2019 menyusul melambatnya pertumbuhan ekonomi AS," katanya.
Menurut dia, sentimen sikap the Fed itu dampaknya lebih besar terhadap pasar valas di dalam negeri. Sentimen negatif dari dalam negeri yakni mengenai naiknya defisit neraca perdagangan Indonesia November 2018.
"Rupiah kemungkinan akan bergerak di kisaran Rp14.500 hingga Rp14.550 per dolar AS dengan peluang menguat," katanya.
Sekitar pukul 09.30 WIB, rupiah mulai meninggalkan level Rp 14.500 per dolar AS. Menguat 0,57 persen atau 82 poin, mata uang Garuda tersebut melaju ke Rp 14.497 per dolar AS.
Analis CSA Research Institute Reza Priyambada memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp 14.585 sampai Rp 14.562 per dolar AS. Ia menilai, adanya rils neraca perdagangan tersebut telah mengaburkan harapan akan adanya kenaikan pada laju rupiah.
"Padahal pada perdagangan di Asia, laju dolar AS sempat mengalami pelemahan. Hal itu karena pelaku pasar sempat berspekulasi nantinya The Fed belum akan menaikkan suku bunganya," ujar Reza di Jakarta, Selasa, (18/12).
Ia menjelaskan, terdapat jajak pendapat NBC atau Wall Street Journal nasional yang menunjukkan secara keseluruhan, 28 persen warga Amerika mengatakan ekonomi akan menjadi lebih baik pada 2019. Kendati demikian, sebanyak 33 persen responden memprediksi sebaliknya.
"Kondisi ini sekiranya dapat membuat laju dolar AS melemah. Diharapkan, jika kondisi tersebut terjadi maka rupiah dapat mengambil kesempatan tersebut untuk kembali menguat," tutur Reza.
Hanya saja, kata dia, tetap waspadai berbagai macam sentimen. Terutama, adanya sentimen yang dapat membuat laju rupiah kembali melemah.
Analis Samuel Sekuritas, Ahmad Mikail mengatakan mata uang dolar AS cenderung bergerak melemah terhadap hampir semua mata uang dunia, termasuk rupiah. Ini seiring dengan ekspektasi pasar terhadap sikap the Fed yang cenderung untuk menunda kenaikan suku bunga (dovish).
"Jelang rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada pekan ini, ekspektasi pasar semakin kuat bahwa The Fed akan memberikan arah kebijakan moneter yang kurang agresif atau dovish pada 2019 menyusul melambatnya pertumbuhan ekonomi AS," katanya.
Menurut dia, sentimen sikap the Fed itu dampaknya lebih besar terhadap pasar valas di dalam negeri. Sentimen negatif dari dalam negeri yakni mengenai naiknya defisit neraca perdagangan Indonesia November 2018.
"Rupiah kemungkinan akan bergerak di kisaran Rp14.500 hingga Rp14.550 per dolar AS dengan peluang menguat," katanya.
0 komentar :
Posting Komentar