JAKARTA, JMI -- Nilai tukar rupiah dibuka di posisi Rp14.782,5 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot pagi ini, Rabu (14/11). Posisi ini menguat 22,5 poin dari perdagangan kemarin sore, Selasa (13/11) di Rp14.805 per dolar AS.
Sementara hingga pukul 08.35 WIB, rupiah terus bergerak menguat ke posisi Rp14.767,5 per dolar AS.
Di kawasan Asia, mayoritas mata uang bersandar di zona hijau. Won Korea Selatan menguat 0,27 persen, baht Thailand 0,18 persen, ringgit Malaysia 0,1 persen, dolar Singapura minus 0,09 persen, dan peso Filipina minus 0,04 persen. Hanya yen Jepang dan dolar Hong Kong yang melemah, masing-masing minus 0,09 persen dan minus 0,02 persen.
Begitu pula dengan mata uang utama negara maju yang kompak menguat dari mata uang Negeri Paman Sam. Poundsterling Inggris menguat 0,25 persen, euro Eropa minus 0,11 persen, dolar Australia minus 0,07 persen, franc Swiss minus 0,06 persen, rubel Rusia minus 0,06 persen, dan dolar Kanada minus 0,06 persen,
Analis CSA Research Institute Reza Priyambada memperkirakan rupiah akan bergerak positif pada hari ini dengan kecenderungan menguat karena pengaruh sentimen dari luar dan dalam negeri. Ia memperkirakan rupiah bergerak di rentang Rp14.785-14.815 per dolar AS.
Dari luar negeri, rupiah diperkirakan akan terkena imbas pelemahan dolar AS yang terjadi karena aksi ambil untung oleh pelaku pasar. Hal ini membuat beberapa mata uang menguat karena menjadi opsi baru bagi pelaku pasar, misalnya euro Eropa.
"Meningkatnya euro Eropa yang memanfaatkan turunnya dolar AS seiring dengan aksi ambil untung, diharapkan dapat membantu rupiah untuk kembali melanjutkan kenaikannya," ucapnya, Rabu (14/11).
Sedang dari dalam negeri, ia melihat ada sentimen positif dari transaksi perdana Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), instrumen baru di pasar uang yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI). Sebab, pada lelang perdana DNDF yang diikuti 9 bank di Tanah Air, berhasil meraih dana sekitar US$73 juta dari lelang mencapai US$149 juta.
"Pergerakan positif ini terjadi jelang akan dirilisnya hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada pekan ini," pungkasnya.
Sementara hingga pukul 08.35 WIB, rupiah terus bergerak menguat ke posisi Rp14.767,5 per dolar AS.
Di kawasan Asia, mayoritas mata uang bersandar di zona hijau. Won Korea Selatan menguat 0,27 persen, baht Thailand 0,18 persen, ringgit Malaysia 0,1 persen, dolar Singapura minus 0,09 persen, dan peso Filipina minus 0,04 persen. Hanya yen Jepang dan dolar Hong Kong yang melemah, masing-masing minus 0,09 persen dan minus 0,02 persen.
Begitu pula dengan mata uang utama negara maju yang kompak menguat dari mata uang Negeri Paman Sam. Poundsterling Inggris menguat 0,25 persen, euro Eropa minus 0,11 persen, dolar Australia minus 0,07 persen, franc Swiss minus 0,06 persen, rubel Rusia minus 0,06 persen, dan dolar Kanada minus 0,06 persen,
Analis CSA Research Institute Reza Priyambada memperkirakan rupiah akan bergerak positif pada hari ini dengan kecenderungan menguat karena pengaruh sentimen dari luar dan dalam negeri. Ia memperkirakan rupiah bergerak di rentang Rp14.785-14.815 per dolar AS.
Dari luar negeri, rupiah diperkirakan akan terkena imbas pelemahan dolar AS yang terjadi karena aksi ambil untung oleh pelaku pasar. Hal ini membuat beberapa mata uang menguat karena menjadi opsi baru bagi pelaku pasar, misalnya euro Eropa.
"Meningkatnya euro Eropa yang memanfaatkan turunnya dolar AS seiring dengan aksi ambil untung, diharapkan dapat membantu rupiah untuk kembali melanjutkan kenaikannya," ucapnya, Rabu (14/11).
Sedang dari dalam negeri, ia melihat ada sentimen positif dari transaksi perdana Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), instrumen baru di pasar uang yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI). Sebab, pada lelang perdana DNDF yang diikuti 9 bank di Tanah Air, berhasil meraih dana sekitar US$73 juta dari lelang mencapai US$149 juta.
"Pergerakan positif ini terjadi jelang akan dirilisnya hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada pekan ini," pungkasnya.
0 komentar :
Posting Komentar