Ilustrasi bendera Al Liwa dan Ar Rayah |
"Besok bakda zuhur rencananya. Kami targetkan ada seribu orang yang hadir, tapi wallahu 'alam. Kami tidak bisa cegah keinginan umat," kata Koordinator Aksi Bela Tauhid Al Faqier Abu Wildan, Selasa (23/10).
Dia mengaku berasal dari Forum Persaudaraan Ummat Islam Banten (FPUIB) yang terdiri dari berbagai ormas dan pesantren. Dalam aksi ini sejumlah pesantren disebut sudah memastikan kehadirannya, di antaranya Ponpes Al Islam, Ponpes Ardaniyah, Ponpes Sabilurrahman, dan Ponpes Nurul Bantany.
Menurut Al Faqier, gelaran itu merupakan respons atas keresahan warga akibat pembakaran bendera kalimat tauhid oleh oknum Barisan Ansor Serba Guna Nahdlatul Ulama (Banser NU).
"Itu kalimat yang sangat sakral. Umat Islam bersahadat dengan kalimat itu," ujarnya. "Umat sudah marah," imbuhnya.
Sebelumnya, awak media menerima video berisi pembakaran bendera dengan tulisan kalimat tauhid oleh belasan anggota Banser NU Garut pada perayaan Hari Santri, Minggu (21/10).
Ketua GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengatakan pembakaran itu untuk menjaga kalimat tauhid.
"Itu adalah upaya menjaga kalimat tauhid. Jika bukan bendera yang ada tulisan tauhidnya, bisa jadi oleh mereka tidak bakar, tetapi langsung buang saja ke comberan," kata dia, Senin (22/10).
Menurut Al Faqier, alasan yang dikemukakan oleh Yaqut tak logis. Alasannya, pertama, pembakaran dilakukan secara arogan di tempat terbuka dan di depan umum.
"Itu cara arogan, apapun alasannya kami enggak terima," cetus dia. "Kalau Banser dibakar benderanya marah enggak tuh? Ya marah," ia menambahkan.
Kedua, lanjutnya, bendera tauhid itu bukanlah milik ormas terlarang seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Menurutnya, simbol HTI adalah gambar bendera Al Liwa (bendera putih dengan tulisan kalimat tauhid berwarna hitam) dengan posisi miring dengan diserta tulisan Hizbut Tahrir Indonesia di bawah tiang benderanya.
"Enggak benar kalau (yang dibakar) itu bendera atau lambang HTI," ucap Al Faqier.
Ia juga memastikan bahwa Aksi Bela Tauhid itu murni gerakan masyarakat dan tak terkait kubu politik tertentu.
"Enggak ada kaitannya dengan politik, murni akidah, karena umat merasa terpanggil, merasa sakit. Dan kami tidak membawa ini ke ranah politik," tandas Al Faqier.
0 komentar :
Posting Komentar