SLEMAN, JMI -- Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Panut Mulyono menegaskan akan memberikan keringanan biaya kuliah bagi mahasiswa yang terkena dampak bencana gempa dan tsunami. Terutama, yang berasal dari NTB dan Sulawesi Tengah. Bantuan biaya kuliah berupa pembayaran biaya uang kuliah tunggal secara gratis untuk satu semester. Hal itu disampaikan saat menemui ratusan mahasiswa asal NTB dan Sulawesi Tengah.
"Untuk semester selanjutnya akan kita evaluasi terkait dengan kondisi keluarga masing-masing," kata Panut di Univercity Club, Senin (8/10).
Ia mengatakan, kebijakan pemberian keringanan biaya kuliah ini dilakukan dalam rangka meringankan beban ekonomi mahasiswa yang keluarganya terkena dampak baik di Palu, Donggala maupun Lombok. Kebijakan ini sekaligus sebagai simpati dan keprihatinan UGM kepada mahasiswa dan keluarganya yang berada di daerah-daerah yang mengalami bencana.
Selain keringanan biaya kuliah, mahasiswa yang masih kesulitan biaya hidup selama kos di Yogyakarta akan diberikan bantuan lain. Bantuknya, berupa kerja paruh waktu di lingkungan kantor pusat UGM dan kantor fakultas UGM.
"Bisa membantu kegiatan administrasi agar bisa mendapatkan honorarium atau uang lelah," ujar Panut.
Universitas turut mengeluarkan kebijakan membolehkan mahasiswa dari daerah bencana untuk kuliah di UGM. Kesempatan ini diberikan dalam rangka fasilitasi kegiatan pendidikan dan pengajaran agar berlangsung. Kesempatan ini tidak terkecuali perguruan tinggi negeri saja. Pasalnya, UGM mempersilakan perguruan tinggi swasta untuk bergabung menyesuaikan dengan prodi yang ada di UGM.
Selain tempat kuliah, UGM memberikan fasilitas kamar gratis bagi mahasiswa daerah yang menempuh kuliah sementara di UGM. Mereka diberikan kamar kosong yang ada di asrama-asrama mahasiswa milik UGM. Melalui kebijakan ini, Panut berharap bisa membantu keluarga dan mahasiwa yang terkena dampak bencana. Utamanya, agar bisa segera bangkit dan menjalani kehidupan secara normal kembali.
"Duka Palu dan Lombok adalah duka kita semua, kita bahu membahu membantu agar bisa kembali ke kehidupan normal seperti sebelumnya," kata Panut.
Salah satu mahasiwa asal Lombok di Departemen Politik dan Pemerintahan, Faesal Fathurahman menilai, kebijakan yang diberikan UGM bisa meringankan baik untuk dirinya maupun mahasiswa lain yang terkena dampak bencana.
"Kebijakan ini sangat membantu kami," ujar Faesal.
Sedangkan, salah satu mahasiswa asal Palu, Angga Pradan berharap, kebijakan ini tidak cuma diberikan untuk satu semester saja. Tapi, dapat diberlakukan untuk semester selanjutnya semasa masa pemulihan dari bencana belum selesai.
"Kita tahu masa recovery membutuhkan waktu yang panjang, pembiayaan UKT bisa berlanjut mengingat kondisi saat ini belum stabil," kata Angga.
"Untuk semester selanjutnya akan kita evaluasi terkait dengan kondisi keluarga masing-masing," kata Panut di Univercity Club, Senin (8/10).
Ia mengatakan, kebijakan pemberian keringanan biaya kuliah ini dilakukan dalam rangka meringankan beban ekonomi mahasiswa yang keluarganya terkena dampak baik di Palu, Donggala maupun Lombok. Kebijakan ini sekaligus sebagai simpati dan keprihatinan UGM kepada mahasiswa dan keluarganya yang berada di daerah-daerah yang mengalami bencana.
Selain keringanan biaya kuliah, mahasiswa yang masih kesulitan biaya hidup selama kos di Yogyakarta akan diberikan bantuan lain. Bantuknya, berupa kerja paruh waktu di lingkungan kantor pusat UGM dan kantor fakultas UGM.
"Bisa membantu kegiatan administrasi agar bisa mendapatkan honorarium atau uang lelah," ujar Panut.
Universitas turut mengeluarkan kebijakan membolehkan mahasiswa dari daerah bencana untuk kuliah di UGM. Kesempatan ini diberikan dalam rangka fasilitasi kegiatan pendidikan dan pengajaran agar berlangsung. Kesempatan ini tidak terkecuali perguruan tinggi negeri saja. Pasalnya, UGM mempersilakan perguruan tinggi swasta untuk bergabung menyesuaikan dengan prodi yang ada di UGM.
Selain tempat kuliah, UGM memberikan fasilitas kamar gratis bagi mahasiswa daerah yang menempuh kuliah sementara di UGM. Mereka diberikan kamar kosong yang ada di asrama-asrama mahasiswa milik UGM. Melalui kebijakan ini, Panut berharap bisa membantu keluarga dan mahasiwa yang terkena dampak bencana. Utamanya, agar bisa segera bangkit dan menjalani kehidupan secara normal kembali.
"Duka Palu dan Lombok adalah duka kita semua, kita bahu membahu membantu agar bisa kembali ke kehidupan normal seperti sebelumnya," kata Panut.
Salah satu mahasiwa asal Lombok di Departemen Politik dan Pemerintahan, Faesal Fathurahman menilai, kebijakan yang diberikan UGM bisa meringankan baik untuk dirinya maupun mahasiswa lain yang terkena dampak bencana.
"Kebijakan ini sangat membantu kami," ujar Faesal.
Sedangkan, salah satu mahasiswa asal Palu, Angga Pradan berharap, kebijakan ini tidak cuma diberikan untuk satu semester saja. Tapi, dapat diberlakukan untuk semester selanjutnya semasa masa pemulihan dari bencana belum selesai.
"Kita tahu masa recovery membutuhkan waktu yang panjang, pembiayaan UKT bisa berlanjut mengingat kondisi saat ini belum stabil," kata Angga.
0 komentar :
Posting Komentar