Petugas pengisian bahan bakar melayani pembeli di sebuah SPBU di Jakarta |
Berdasarkan data APBN kita, sampai 30 September 2018, realisasi aliran subsidi BBM dan elpiji yang ditanggung pemerintah telah mencapai Rp 54,3 triliun atau sebesar 115,9 persen dari pagu yang disiapkan senilai Rp 46,9 triliun.
Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu Askolani mengatakan pemerintah sebenarnya sudah menyiapkan alokasi cadangan anggaran dalam pos belanja lain-lain untuk mengantisipasi pembengkakan subsidi BBM dan elpiji.
"Di APBN 2018, kami ada cadangan tunggakan untuk subsidi," ujarnya di Gedung DPR/MPR, Rabu (17/10).
Pasalnya, subsidi BBM dan elpiji sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global, khususnya pergerakan harga minyak mentah dunia dan nilai tukar rupiah. "Jadi sudah ada mekanismenya dan penambahan ini merubah parameter. Sebab, subsidi dipengaruhi ekonomi makro yang tidak bisa di-pack," terangnya.
Ia bilang pemerintah setidaknya memiliki cadangan anggaran untuk subsidi BBM sebesar Rp 12 triliun dan elpiji sekitar Rp 6 triliun.
Untuk mekanismenya, subsidi yang harus dibayarkan pemerintah terbagi atas dua pos, tagihan tahun berjalan dan tagihan pelunasan kewajiban dari tahun sebelumnya. Sementara, realisasi pos subsidi listrik baru mencapai Rp 38,2 triliun atau 80,2 persen dari pagu yang disiapkan Rp 47,7 triliun.
Dengan begitu, secara keseluruhan, pos subsidi energi yang telah terealisasi Rp 92,5 triliun atau 97,9 persen dari pagu Rp 94,5 triliun. Sedangkan pos subsidi non energi mencapai Rp 30,9 triliun atau baru 50 persen dari pagu Rp 61,7 triliun.
0 komentar :
Posting Komentar