Hanung Cahya Febrian yang sejak kecil makan bubur sorgum |
Sorgum memang bukan tanaman asli Indonesia, Berasal dari wilayah sekitar sungai Niger di Afrika. Domestika sorgum dari Etiopia ke Mesir dilaporkan telah terjadi sejak 3.000 tahun sebelum Masehi.
Di Indonesia sorgum telah lama dikenal oleh petani di Jawa, NTB, Sulawesi dan NTT. Di Jawa dengan nama Cantel dan sering ditanam sebagai tanaman sela atau tumpangsari. Budidaya tanaman sorgum di Indonesia masih sangat terbatas bahkan belum begitu populer di masyarakat. Padahal sorgum memiliki potensi besar untuk dibudidayakan dan dikembangkan secara komersial karena memiliki daya adaptasi yang luas, produktivitas tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit tanaman serta lebih tahan terhadap kondisi marjinal (kekeringan, salinitas dan lahan masam).
Sorgum memiliki berbagai macam kelebihan diantaranya dipanen 2-3 kali dalam sekali tanam, produksi sekitar 5-8 ton/Hektar persekali panen dan merupakan tanaman yang dapat berintegrasi dengan pertenakan dan perikanan serta cara tanam yang mudah dan tahan terhadap hama dan penyakit, Sorgum adalah tanaman yang dapat mensubtitusi (menggantikan) gandum sebagai bahan industri makanan dan mie.
Seperti yang disampaikan kamar dagang dan industri, bahwa konsumsi gandum terbesar saat ini masih disumbang industri tepung terigu nasional sebesar 8 juta ton dan 3,8 juta sisanya dari industri pakan.
Impor gandum di prediksi kembali meningkat tahun ini menjadi sekitar 11,8 juta ton. Tingginya permintaan gandum antara lain terus terdorong oleh besarnya kebutuhan industri makanan dan pakan ternak yang terus meningkat di dalam negeri.
Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) mengungkapkan impor gandum di dalam negeri hingga saat ini diakui masih cukup tinggi. Dengan perkiraan impor gandum tahun ini mencapai 11,8 juta ton, konsumsi gandum terbesar masih akan terserap oleh industri tepung terigu nasional sebesar 8 juta ton. Sementara 3,8 juta ton sisanya, sebagian terserap untuk memenuhi kebutuhan sektor pakan ternak.
Kebutuhan gandum juga dinilai sejalan dengan meningkatnya penjualan komoditas tepung yang bisa mencapai 5%-6% dalam dua tahun terakhir.
Kebutuhan Indonesia untuk komoditas gandum saat ini relatif tinggi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total impor gandum Indonesia sepanjang 2016 mencapai 10,53 juta ton meningkat 42% dari tahun sebelumnya hanya 7,4 juta ton. Demikian pula nilainya juga naik 15,6% menjadi US$$ 2,4 miliar dari tahun sebelumnya US$ 2,08 miliar.
Sementara itu, United States Development of Agriculture (USDA) dalam sebuah laporannya menyebut Indonesia diprediksi bakal menjadi negara pengimpor gandum terbesar dengan total volume sekitar 12,5 juta ton di 2017-2018. Dengan estimasi impor terebut, maka Indonesia berpotensi menggeser posisi Mesir yang secara tradisional telah menjadi pengimpor gandum terbesar dunia.
Sorgum adalah satu-satunya tanaman di Indonesia yang bisa menggantikan gandum, tapi pemerintah sangat tidak serius membudidayakan sorgum sebagai subtitusi gandum justru sorgum semakin dimarjinalkan dan dikriminalisasi keberadaannya, apabila sorgum digalakan dan tepung sorgum dioptimalkan untuk subtitusi gandum maka uang kurang lebih 30 T/tahun akan dinikmati petani Indonesia.
Mujiati/JMI-Kaltim/red
0 komentar :
Posting Komentar