Ilustrasi |
Ketut menjelaskan, kenaikan indeks harga yang diterima petani menunjukan peningkatan kesejahteraan petani di tanah air. "Nilai Tukar Petani merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di Indonesia. Semakin tinggi NTP secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani," ujarnya, Selasa (2/10).
Ketut menambahkan, deflasi yang disebabkan oleh penurunan harga bahan makanan juga menunjukan hasil upaya meningkatkan produksi komoditas pangan. Menurutnya, patut disyukuri bahwa pembangunan pertanian di tanah air terus menunjukan hasilnya.
Sebelumnya, Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan, kenaikan NTP tak lepas dari indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,26 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani turun sebesar 0,33 persen.
"Nilai tukar petani di September naik 0,59 persen," kata Suhariyanto dalam konferensi pers di gedung BPS, Senin (1/10).
Secara keseluruhan, subsektor NTP mengalami kenaikan, seperti tanaman pangan, perkebunan rakyat, perikanan. Adapun sektor yang mengalami penurunan adalah hortikultura dan peternakan.
BPS juga mencatat pada September 2018 terjadi deflasi di perdesaan di Indonesia sebesar 0,59 persen yang disebabkan oleh kelompok bahan makanan cukup besar. Sementara indeks konsumsi rumah tangga lainnya naik.
Suhariyanto mengungkapkan, penurunan harga bahan makanan menjadi penyebab deflasi September 2018. Jenis bahan makanan yang mengalami penurunan harga di antaranya, daging ayam ras yang memberikan andil deflasi 0,13 persen. Kemudian penurunan harga bawang merah dan ikan segar yang masing-masing berikan andil 0,05 persen dan 0,04 persen. Beberapa sayuran, cabai rawit, dan telur ayam juga turun.
0 komentar :
Posting Komentar