KALTARA, JMI - Ritual adat Birau memperingati Hari Jadi Kota Tanjung Selor ke 228 dan Kabupaten Bulungan ke 58 tahun 2018 dimulai dari hadirnya Biduk Bebandung berupa 2 buah perahu bergandengan yang juga berfungsi sebagai pendopo terapung pada Sabtu pagi (20/10). Sebagai simbol penghormatan kepada tamu agung, Biduk Bebandung didominasi warna kuning dan merah.
Biduk Bebandung hadir menjemput tamu agung terdiri para Raja, Sultan, Ratu, Pemangku adat, Pelingsir, Masyarakat adat dari berbagai penjuru Nusantara, Segenap keluarga Kesultanan Bulungan, Lembaga Adat Bulungan hingga para pejabat pemerintahan, termasuk Bupati Bulungan, H Sudjati, SH.
Penjemputan berlangsung di Pelabuhan Kayan I VIP, Tanjung Selor dan Biduk Bebandung lalu membawa para tamu agung menyeberang ke Kecamatan Tanjung Palas yang pernah menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Bulungan. Tercatat sekitar 26 pangeran dan sultan maupun raja di Nusantara serta 3 delegasi dari Malaysia hadir mengikuti ritual adat dalam rangkaian Birau atau pesta keramaian di Kabupaten Bulungan tahun 2018. Sejumlah pejabat dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara dan Pemerintah Kabupaten Bulungan turut mengikuti rangkaian kegiatan.
Selama perjalanan menyeberang dari Tanjung Selor ke Tanjung Palas di Sungai Kayan, para tamu agung mendapat jamuan adat Kapur Sirih dan Tarian Jugit Demaring. Suasana sakral terasa selama menyeberangi Sungai Kayan yang merupakan salah satu sungai terlebar di Indonesia. Tarian Jugit Demaring merupakan tarian Kesultanan Bulungan yang dipersembahkan dalam penyambutan tamu biasanya di dermaga istana atau di Biduk Bebandung yang dulunya merupakan kapal layar kesultanan.
Sesampainya di Tanjung Palas, para tamu kehormatan disambut masyarakat Tanjung Palas beserta barisan pelajar yang tidak hanya mengenakan seragam sekolah, ada pula yang menggunakan pakaian tradisional suku Bulungan, suku Tidung dan suku Dayak, 3 suku asli di Kabupaten Bulungan.
Para tamu kehormatan langsung menuju lokasi pemakaman untuk ziarah ke makam Sultan Bulungan dan kerabatnya di kompleks Masjid Sultan Kasimuddin. Selanjutnya, mereka dijamu di rumah raya almarhum Datu Mansyur, yang dulu adalah pemangku Sultan / Perdana Menteri Kesultanan Bulungan.
Belahan dengan Musium Kesultanan Bulungan tersebut selain menjamu para tamu kehormatan, juga melaksanakan upacara adat. Yaitu pemberian gelar adat kepada Bupati Bulungan, H Sudjati, SH yang dinilai telah berjasa membangun daerah Kabupaten Bulungan. H Sudjati, SH mendapat gelar Pangeran Aswan Naratama H Sudjati.
Ketua lembaga adat bulungan, Datu Buyung Perkasa menjelaskan, adanya sejumlah ritual dalam Birau Bulungan bertujuan melestarikan adat istiadat serta mempromosikan kekayaan seni dan budaya dari Kabupaten Bulungan.
“Melalui kegiatan-kegiatan selama Birau kita harap dapat semakin merekatkan hubungan masyarakat Bulungan,” terangnya. Sejumlah kegiatan Birau menampilkan tarian tradisional dari suku Bulungan, Dayak dan Tidung. Selain Biduk Bebandung dan pemberian gelar, panitia Birau Bulungan 2018 juga akan melaksanakan Pawai Budaya dan panggung hiburan di alun-alun Kecamatan Tanjung Palas.
sulkifli/jmi-kalimantan/red
Biduk Bebandung hadir menjemput tamu agung terdiri para Raja, Sultan, Ratu, Pemangku adat, Pelingsir, Masyarakat adat dari berbagai penjuru Nusantara, Segenap keluarga Kesultanan Bulungan, Lembaga Adat Bulungan hingga para pejabat pemerintahan, termasuk Bupati Bulungan, H Sudjati, SH.
Penjemputan berlangsung di Pelabuhan Kayan I VIP, Tanjung Selor dan Biduk Bebandung lalu membawa para tamu agung menyeberang ke Kecamatan Tanjung Palas yang pernah menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Bulungan. Tercatat sekitar 26 pangeran dan sultan maupun raja di Nusantara serta 3 delegasi dari Malaysia hadir mengikuti ritual adat dalam rangkaian Birau atau pesta keramaian di Kabupaten Bulungan tahun 2018. Sejumlah pejabat dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara dan Pemerintah Kabupaten Bulungan turut mengikuti rangkaian kegiatan.
Selama perjalanan menyeberang dari Tanjung Selor ke Tanjung Palas di Sungai Kayan, para tamu agung mendapat jamuan adat Kapur Sirih dan Tarian Jugit Demaring. Suasana sakral terasa selama menyeberangi Sungai Kayan yang merupakan salah satu sungai terlebar di Indonesia. Tarian Jugit Demaring merupakan tarian Kesultanan Bulungan yang dipersembahkan dalam penyambutan tamu biasanya di dermaga istana atau di Biduk Bebandung yang dulunya merupakan kapal layar kesultanan.
Sesampainya di Tanjung Palas, para tamu kehormatan disambut masyarakat Tanjung Palas beserta barisan pelajar yang tidak hanya mengenakan seragam sekolah, ada pula yang menggunakan pakaian tradisional suku Bulungan, suku Tidung dan suku Dayak, 3 suku asli di Kabupaten Bulungan.
Para tamu kehormatan langsung menuju lokasi pemakaman untuk ziarah ke makam Sultan Bulungan dan kerabatnya di kompleks Masjid Sultan Kasimuddin. Selanjutnya, mereka dijamu di rumah raya almarhum Datu Mansyur, yang dulu adalah pemangku Sultan / Perdana Menteri Kesultanan Bulungan.
Belahan dengan Musium Kesultanan Bulungan tersebut selain menjamu para tamu kehormatan, juga melaksanakan upacara adat. Yaitu pemberian gelar adat kepada Bupati Bulungan, H Sudjati, SH yang dinilai telah berjasa membangun daerah Kabupaten Bulungan. H Sudjati, SH mendapat gelar Pangeran Aswan Naratama H Sudjati.
Ketua lembaga adat bulungan, Datu Buyung Perkasa menjelaskan, adanya sejumlah ritual dalam Birau Bulungan bertujuan melestarikan adat istiadat serta mempromosikan kekayaan seni dan budaya dari Kabupaten Bulungan.
“Melalui kegiatan-kegiatan selama Birau kita harap dapat semakin merekatkan hubungan masyarakat Bulungan,” terangnya. Sejumlah kegiatan Birau menampilkan tarian tradisional dari suku Bulungan, Dayak dan Tidung. Selain Biduk Bebandung dan pemberian gelar, panitia Birau Bulungan 2018 juga akan melaksanakan Pawai Budaya dan panggung hiburan di alun-alun Kecamatan Tanjung Palas.
sulkifli/jmi-kalimantan/red
0 komentar :
Posting Komentar