JAKARTA, JMI – Kementerian Pertanian mengapresiasi Organisasi Kesehatan Dunia (OIE) yang telah memberikan bantuan teknis bagi tindakan perkarantinaan kuda di perhelatan Asian Games 2018. Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Banun Harpini mengatakan, perlakuan tindakan karantina terhadap kuda yang sesuai dengan standar dunia sangat penting untuk kesuksesan Asian Games 2018, khususnya cabang olah raga berkuda.
“Asian Games momentum untuk meningkatkan kapasitas layanan perkarantinaan ke level yang lebih tinggi,” kata Banun saat bertemu dengan konsultan OIE, Susanne Munstermann, DVM di ruang kerjanya, Jumat (31/8).
Banun menjelaskan, pendampingan dari OIE dilakukan pada proses notifikasi Health Certificate, Return Health Certificate dan juga protokol karantina ke 22 negara peserta cabang olahraga berkuda telah dilakukan jauh hari sebelum pelaksanaan event. Persiapan Kementan melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), dan Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) sudah dilakukan sejak dua tahun lalu, mulai dari surveilans (pemantauan) penyakit kuda sesuai standar area bebas penyakit kuda (EDFZ) hingga sertifikasi.
Ia menambahkan, Kementan bersama Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian juga menyiapkan venue Jakarta Equestrian Park (JEP) Pulomas dengan mengatur manajemen dan pergerakan kuda yang keluar masuk wilayah DKI Jakarta. Caranya, dengan memberi identifikasi untuk setiap kuda tersebut. Termasuk upaya relokasi kawasan kuda delman yang tidak layak, serta kuda yang menunjukkan seropositive suatu penyakit.
“Badan Karantina Pertanian menyiapkan persyaratan karantina hewan khusus untuk importasi temporer (sementara) kuda untuk perlombaan,” tambahnya.
Langkah lain, kataBanun, larangan kuda masuk dari luar Pulau Jawa ke wilayah Jabodetabek, dan memperketat tindakan karantina pada importasi kuda dari negara dengan standar sudah setara dengan EDFZ. Untuk importasi kuda dari negara dengan standar kesehatan di bawah EDFZ dilakukan kebijakan pelarangan guna memenuhi standard yang telah ditetapkan.
Banun menjelaskan, pemantauan penyakit kuda di lokasi Instalasi Karantina Hewan dilakukan sebelum Stable Artyatasa di desa Limo, Depok ditetapkan sebagai Instalasi Kesehatan Hewan (IKH) oleh Kementan. Berbagai proses untuk menyelaraskan standard aturan, fasilitas, sumber daya manusia dan tindakan perkarantinaan dengan lembaga kesehatan hewan dunia terus berlanjut hingga jelang pelaksanaan AG 2018.
Sementara itu, Susanne, wanita asal Jerman yang telah ditunjuk khusus oleh OIE untuk mengawal kesehatan kuda peserta cabang olahraga ketangkasan berkuda, equestrian di Asian Games menyebutkan, Indonesia patut berbangga telah sukses menyelenggarakannya, terutama equestrian yang membawa hewan hidup kuda sebagai sarana kompetisi olahraga tersebut.
“Indonesia telah sukses menyelenggarakan Asian Games, pesta olahraga terbesar kedua setelah Olympiade. Negosiasi dengan negara peserta dapat dilakukan dengan baik, terutama dengan negara dengan aturan tertutup namun Karantina Indonesia dapat melakukannya dengan execellent. Saya merasa ada banyak visi ke depan, saya sangat senang jika kedepan dapat bergabung dan berbagi pengetahuan dalam tindakan karantina khusus,” ujarnya.
Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta dan pihak swasta telah mengeluarkan banyak biaya dan energi untuk mencapai pengakuan EDFZ saat AG 2018, Susanne berharap para pihak dapat melanjutkan proses ini agar dapat mempertahankan dengan berkonsultasi ke Dr Wahida Maghraby, Atase Pertanian KBRI di Brussel di Komisi Uni Eropa.
Banun menegaskan, Kerjasama dengan laboratorium rujukan OIE untuk penyakit kuda yang telah dijalin selama AG 2018 bakal terus dilanjutkan. Hal ini penting, agar kedepan Indonesia menjadi peserta, penyelenggara bahkan menjadi pusat kompetisi berkuda berkelas dunia.
RPB/JMI/RED
“Asian Games momentum untuk meningkatkan kapasitas layanan perkarantinaan ke level yang lebih tinggi,” kata Banun saat bertemu dengan konsultan OIE, Susanne Munstermann, DVM di ruang kerjanya, Jumat (31/8).
Banun menjelaskan, pendampingan dari OIE dilakukan pada proses notifikasi Health Certificate, Return Health Certificate dan juga protokol karantina ke 22 negara peserta cabang olahraga berkuda telah dilakukan jauh hari sebelum pelaksanaan event. Persiapan Kementan melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), dan Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) sudah dilakukan sejak dua tahun lalu, mulai dari surveilans (pemantauan) penyakit kuda sesuai standar area bebas penyakit kuda (EDFZ) hingga sertifikasi.
Ia menambahkan, Kementan bersama Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian juga menyiapkan venue Jakarta Equestrian Park (JEP) Pulomas dengan mengatur manajemen dan pergerakan kuda yang keluar masuk wilayah DKI Jakarta. Caranya, dengan memberi identifikasi untuk setiap kuda tersebut. Termasuk upaya relokasi kawasan kuda delman yang tidak layak, serta kuda yang menunjukkan seropositive suatu penyakit.
“Badan Karantina Pertanian menyiapkan persyaratan karantina hewan khusus untuk importasi temporer (sementara) kuda untuk perlombaan,” tambahnya.
Langkah lain, kataBanun, larangan kuda masuk dari luar Pulau Jawa ke wilayah Jabodetabek, dan memperketat tindakan karantina pada importasi kuda dari negara dengan standar sudah setara dengan EDFZ. Untuk importasi kuda dari negara dengan standar kesehatan di bawah EDFZ dilakukan kebijakan pelarangan guna memenuhi standard yang telah ditetapkan.
Banun menjelaskan, pemantauan penyakit kuda di lokasi Instalasi Karantina Hewan dilakukan sebelum Stable Artyatasa di desa Limo, Depok ditetapkan sebagai Instalasi Kesehatan Hewan (IKH) oleh Kementan. Berbagai proses untuk menyelaraskan standard aturan, fasilitas, sumber daya manusia dan tindakan perkarantinaan dengan lembaga kesehatan hewan dunia terus berlanjut hingga jelang pelaksanaan AG 2018.
Sementara itu, Susanne, wanita asal Jerman yang telah ditunjuk khusus oleh OIE untuk mengawal kesehatan kuda peserta cabang olahraga ketangkasan berkuda, equestrian di Asian Games menyebutkan, Indonesia patut berbangga telah sukses menyelenggarakannya, terutama equestrian yang membawa hewan hidup kuda sebagai sarana kompetisi olahraga tersebut.
“Indonesia telah sukses menyelenggarakan Asian Games, pesta olahraga terbesar kedua setelah Olympiade. Negosiasi dengan negara peserta dapat dilakukan dengan baik, terutama dengan negara dengan aturan tertutup namun Karantina Indonesia dapat melakukannya dengan execellent. Saya merasa ada banyak visi ke depan, saya sangat senang jika kedepan dapat bergabung dan berbagi pengetahuan dalam tindakan karantina khusus,” ujarnya.
Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta dan pihak swasta telah mengeluarkan banyak biaya dan energi untuk mencapai pengakuan EDFZ saat AG 2018, Susanne berharap para pihak dapat melanjutkan proses ini agar dapat mempertahankan dengan berkonsultasi ke Dr Wahida Maghraby, Atase Pertanian KBRI di Brussel di Komisi Uni Eropa.
Banun menegaskan, Kerjasama dengan laboratorium rujukan OIE untuk penyakit kuda yang telah dijalin selama AG 2018 bakal terus dilanjutkan. Hal ini penting, agar kedepan Indonesia menjadi peserta, penyelenggara bahkan menjadi pusat kompetisi berkuda berkelas dunia.
RPB/JMI/RED
0 komentar :
Posting Komentar