WWW.JURNAL MEDIA INDONESIA.COM

Tanggapan Yayasan Ninik Mamak Terhadap Tingkah ACK Yang Menduduki Lahan Perkebunan & Aksi Panen Massal

Lokasi area perkebunan ulayat Kenegerian Lipat Kain di sekitar lokasi Lipat Kain Selatan
KAMPAR KIRI, KAMPAR, JMI – Melihat aksi yang dilakukan Anak Cucu Kemenakan (ACK) sejak tanggal 04/05 silam, Yayasan Ninik Mamak yang diketuai oleh H.M Taher hanya menyayangkan saja. Karena dinilai sampai dengan sekarang ada oknum-oknum yang berkepentingan mengambil keuntungan dalam aksi ini. Seperti ungkapan H.M Taher selaku Ketua Yayasan Ninik Mamak, Kami dari Ninik Mamak bukanlah meraup keuntungan pribadi, silahkan periksa dan audit kinerja kami, tapi bukan mediasi yang hanya mengedepankan perempuan, dimana yang mengaku Datuk-datuk yang memotori aksi ini ? Kenapa bersembunyi dibelakang kaum perempuan ? Makanya sewaktu pihak UPIKA Kampar Kiri melakukan mediasi, kami (Yayasan) tidak berkenan hadir ungkapnya. Ini juga dibenarkan oleh Datuk Tanaro. Pernahkah bapak-bapak menanyakan kepada kami (yayasan ) tentang masalah ini?

Tim Wartawan Koran JMI menyayangkan bahwasannya pihak Yayasan Ninik Mamak Kenegerian Lipat Kain tidak Transparan dalam pengelolaan perkebunan total 360 Ha tersebut, dan ini dibantah oleh H. M Taher atau dikenal dengan Datuk Singo. Kami (Yayasan) bukan nya tidak transparan. Apakah mungkin satu persatu kami perlihatkan pembukuan kami. Tentu silahkan datang dan lihat dengan perwakilan orang yang ditunjuk, jangan seperti ini main tuduh saja ujarnya. Coba anda lihat sendiri apa yang telah kami (Yayasan Ninik Mamak Kenegerian Lipat Kain) perbuat untuk negeri ini, kami membangun fasilitas umum yang dapat dipergunakan untuk orang banyak, bantuan kesosialan untuk masyarakat Kampar Kiri khususnya Kenegerian Lipat Kain. Jangan dinilai hanya Rp. 400.000 ( empat ratus ribu rupiah) saja per tahun yang kami bayarkan untuk masyarakat kami per tahun total Rp. 1,6 Milyar / tahunnya. dikarenakan jumlah masyarakat kami banyaknya ± 3.000 kepala keluarga lebih dan juga kami memberikan dari hasil perkebunan tersebut bantuan untuk kepentingan negeri ini. 

Program yang kami buat sangat jelas dan ini terus kami lakukan setiap tahunnya dan Datuk Tanaro juga menerangkan bahwa Datuk-datuk yang ada dibelakang aksi mengatas namakan masyarakat ini juga sebelumnya di atas lahan tersebut pernah mencoba membuat perkebunan tetapi mereka gagal serta di tahun 1999 mereka telah menerima uang sebesar Rp. 300 juta dari PT. GANDA BUANINDO. Kemana dana sebesar Rp. 300 juta tersebut ? Kami tidak pernah menanyakan hal itu, dalam penilaian kami mereka telah menjual tanah ulayat kami, tetapi dengan berbagai caralah tanah ulayat kami dapat direbut kembali seperti bagi hasil dengan PT. GANDA BUANINDO. Total lahan 360 Ha itu terinci sebagai berikut, lahan masyarakat sekitar yang terpisah kami satukan disatu lokasi ber jumlah 53,8 Ha, lahan untuk PT.GANDA BUANINDO sebagai Bapak angkat yang mengelola dan merawat sampai sekarang ini berjumlah 103,8 Ha, serta lahan masyarakat luas atas nama ulayat sisa 202,4 Ha. Jadi hanya sisa 202,4 Ha tersebutlah kami (Yayasan Ninik Mamak Kenegerian Liapat Kain) membagi dengan anak cucu kemenakan kami serta membantu mendirikan fasilitas-fasilitas," umum lainya demi kemajuan negeri kami dan juga membantu untuk pendidikan keagamaan lainnya ungkap Datuk Tanaro. 

Kalau bukan dari Datuk Singo (H. M Taher) tersebut yang saat itu memang berpendidikan dan berwawasan mungkin tanah ulayat kami sudah tidak ada lagi, karena sudah terjual oleh Datuk-Datuk sebelumnya senilai Rp.300 juta. Selama anak cucu kemenakan tersebut melakukan aksi ini yang didampingi oleh oknum-oknum yang berkepentingan sejak 04/05 sampai sekarang coba dipertanyakan kemana saja hasil dari perkebunan lahan tersebut, ucap Datuk Tanaro, kami (red) tidak mendapatkan keterangan tentang hasil tersebut, sekilas info yang kami dapatkan dari warga sekitar yang mengatas namakan Masyarakat Kenegerian Lipat Kain tersebut juga sudah berkelompok-kelompok dan tidak transparan ujar salah seorang warga yang tidak mau disebut namanya tersebut. Karena menurut keterangan beliau 1 ( satu ) truk clot diesel roda 6 tersebut biasanya mencapai tonase nya 10 ton, sementara dari yang membawa buah / TBS ( tanda Buah Sawit Segar ) tersebut hanya 5 ton saja, kemana yang 5 ton lagi? ujarnya.

Ya sudahlah ucap Datuk Singo, yang penting kami telah berusaha berbuat yang terbaik untuk negeri kami ini, tidak ada sedikitpun ada dihati kami untuk mencurangi anak cucu kemenakan kami. Biarlah waktu yang menjawab apa yang sedang terjadi, pernah mereka ( datuk-datuk yang memotori aksi ) ini melaporkan kami sampai ke POLDA RIAU, tetapi hasilnya kan SP3 yang menyatakan dan melihat managemen yang kami buat bersih dan tidak ada unsur pengelapan. Seperti yang terjadi sekarang ini, mereka memanen massal perkebunan tersebut apa ada pembukuan yang jelas ? Dan apa ada perawatan terhadap lahan tersebut? Kondisi lahan perkebunan itu sekarang sudah rusak karena memanen massal tersebut, mudah-mudahan permasalahn konflik anatara Yayasan Ninik Mamak Kenegerian Lipat Kain dan Anak Cucu Kemenakan ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa ada salah satu pihak yang merasa dirugikan…

TEAM RIAU/JMI/RED
Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar

Berita Terkini

Launching Air Minum Dalam Kemasan Produk PDAM Tirta Rangga Subang Dihadiri Pj.Bupati Subang

Subang, JMI - Penjabat (Pj.) Bupati Subang Dr. Drs. Imran, M.Si., MA.cd Menghadiri Grand Launching Produk Air Minum Dalam Kemas...