WWW.JURNAL MEDIA INDONESIA.COM

Kisah Pengungsi yang Terpaksa Tinggalkan Rumah karena Erupsi Merapi

Warga di lokasi pengungsian Gunung Merapi
JMI - Empat hari sudah Siyo Suwito berada di Balai Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Semenjak erupsi Gunung Merapi yang terjadi Senin (21/5), nenek yang mengaku telah berusia lebih dari 100 tahun tersebut memilih untuk mengungsi.

Kamis (24/5) pagi, Siyo Suwito tengah duduk di teras Balai Desa Glagaharjo bersama pengungsi yang lain. Beberapa dari mereka tampak mengobrol dengan bahasa Jawa. Sementara, pengungsi lain yang usianya jauh lebih muda melakukan aktivitas lain seperti mencuci piring.

"Sekarang tinggal di sini sama cucu, buyut. Buyut (pagi) sekolah, malamnya pulang ke sini. Saya sudah sering ngungsi," kata dia.
Pengungsi Gunung Merapi

Praktis selama di pengungsian, aktivitas harian Siyo seperti mencari pakan ternak harus terhenti. Seekor sapi miliknya pun terpaksa dipindahkan dari rumahnya di Dusun Kalitengah Lor ke rumah anaknya di Kecamatan Ngemplak.

"Nggih cuma ngogok (duduk) seperti ini. Kalau di rumah cari pakan sapi, masih punya satu (sapi), sekarang dibawa ke Ngemplak," jelasnya.

Kejadian ini pun mengingatkannya akan erupsi Gunung Merapi tahun 2010 lalu. Saat itu ia harus rela kehilangan suami tercinta.

"Suami meninggal usia 115 pas 2010," kata Siyo.

Kini, ia berharap agar erupsi Merapi dapat segera berlalu, sehingga ia dan pengungsi lain dapat kembali ke rumah dan kembali melanjutkan aktivitasnya.

Hal serupa juga dirasakan Nyamiati, seorang ibu muda yang mengungsi bersama bayinya yang masih berusia tujuh bulan. Ia berharap agar mereka bisa secepatnya pulang ke rumah.

"Enggak tahu sampai kapan (mengungsi) penginnya secepatnya pulang," harapnya.

Sementara seorang pengungsi lain, Suparmi, menjelaskan, saat Merapi kembali meletus pada Kamis (24/5) pukul 02.56 WIB, ia sedang berada di rumah. Saat itu ia sempat mendengar suara gemuruh.

"Sudah ke sini (mengungsi), malam terus pulang, terus (tadi) ke sini. Sempat pulang untuk mengurus sapi. Letusan tadi pagi kabut jadi tidak terlihat, cuma agak dengar gemuruh," pungkasnya.

Babinsa Glagaharjo, Kopda Eko Widodo menjelaskan, mayoritas pengungsi berasal dari Dusun Kalitengah Lor, Dusun Kalitengah Kidul, Dusun Srunen, sebagian kecil Dusun Singklar.

"Kalitengah Lor paling dekat dengan Merapi sekitar 4,5 kilometer," kata dia.

Ia menjelaskan, jumlah pengungsi di Balai Desa tersebut mencapai 152 untuk pengungsi tetap. Jumlah tersebut akan naik menjadi dua kali lipat ketika malam hari.

"Lansia perlu pendampingan, biasa anaknya menginapnya di sini malam mendampingi. Satu lansia bisa didampingi anak dua," ucap Eko.
Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar

Berita Terkini

As-Syifa Gelar Media Gathering Bersama Para Awak Media Subang di Camping Ground As-Syifa, Sekaligus Kenalkan SMK IT AS-SYIFA Boarding School Kampus 4

Subang, JMI - Yayasan As-Syifa Al-Khoeriyyah melalui Departemen Humas Media kembali menggelar acara tahunan Media Gathering Bertempat di ar...