WWW.JURNAL MEDIA INDONESIA.COM

Alasan SBY dan Demokrat tak Gencar Mengkritik Kenaikan BBM

Ilustrasi
JAKARTA, JMI -- Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan sebagai mantan presiden dan pimpinan Partai Demokrat tidak mau melontarkan kritik membabi buta kepada pemerintahan Joko Widodo, setiap kali ada kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan tarif dasar listrik. SBY menyebut ia sangat memahami posisi pemerintah yang terpaksa menaikan BBM dan listrik demi keseimbangan kondisi fiskal dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

SBY mengingat saat dirinya masih memegang kendali pemerintahan, selalu mendapatkan reaksi dengan demo besar-besaran setiap kali ada kebijakan menaikkan harga BBM. "Saya amat mengerti jika harga BBM dinaikkan agar fiskal/APBN kita tidak jebol. Tak perlu unjuk rasa besar-besaran seperti di era saya dulu," kata SBY melalui cicitan berseri di akun sosial media twitternya, Kamis (24/5).

Selain dihadapkan dengan aksi mahasiswa dan massa, SBY juga menyebut dulu pemerintahannya juga menjadi sasaran kritik yang bertubi-tubi dari politisi oposisi dan juga kalangan pengamat yang menyebut kebijakannya tidak pro rakyat. "Partai Demokrat tak perlu menentang secara membabi buta, seperti sejumlah parpol dab pengamat dulu, karena pemerintah pasti terpaksa," ujar SBY.

Cicitan SBY ini berhubungan dengan momentum kebijakan pemerintahan Jokowi untuk THR dan gaji 13 kepada ASN, Polri, TNI dan para pensiunan. SBY menyarankan Jokowi juga memikirkan cara untuk memberikan bantuan kepada rakyat miskin dan kurang mampu terutama pada Ramadhan ini. SBY melihat daya beli masyarakat yang lemah membuat roda perekonomian di bawah juga menjadi lesu.

Selain pemerintah, SBY juga mengimbau kepada orang-orang kaya dan mampu untuk turut memberikan sumbangan kepada rakyat miskin. "Di samping pemerintah, sangat mulia jika kaum kaya dan mampu berikan bantuan kepada fakir miskin dan kaum dhuafa di bulan Ramadhan ini," ujar SBY.

Seperti diketahui, harga bensin RON 90 Pertamina alias Pertalite naik Rp 200 per liter mulai 24 Maret 2018. Harga Pertalite di wilayah DKI Jakarta menjadi Rp 7.800 per liter dari sebelumnya Rp 7.600 per liter. Kenaikan harga ini membuat selisih harga antara Pertalite dan Premium makin lebar. Kini Pertalite lebih mahal Rp 1.250 per liter dari Premium yang harganya Rp 6.550 per liter di wilayah Jawa-Madura-Bali (Jamali).

Sebelumnya, pada 19 Januari 2018 lalu harga Pertalite naik Rp 100 per liter dari Rp 7.500 per liter menjadi Rp 7.600 per liter di wilayah DKI Jakarta. Sementara harga Pertamax, Pertamina Dex, dan Dexlite belum mengalami perubahan setelah naik pada 24 Februari 2018 lalu. Di wilayah DKI Jakarta, Pertamax tetap Rp 8.900 per liter, Pertamina Dex Rp 10 ribu per liter, dan Dexlite Rp 8.100 per liter.
Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar

Berita Terkini

Rapat Paripurna DPRD Subang Tetapkan Dua Raperda Tentang Penyelenggaraan Pendidikan dan Penyusunan Produk Hukum

Subang, JMI - Penjabat (Pj.) Bupati Subang Dr. Drs. Imran, M.Si., MA.cd Menghadiri Rapat Paripurna DPRD  yang bertempat di Ruan...