WWW.JURNAL MEDIA INDONESIA.COM

Kualitas dan Produktivitas Kopi Menurun, Ini Sebabnya.

Anton Apriantono dalam acara Festival Kopi di Intermark Indonesia BSD Serpong
Tangerang JMI - Menyoroti ketidaksesuaian harga kopi di tingkat petani yang berdampak pada kualitas dan produktivitas kopi di tanah air. Ketua Umum Dewan Kopi Indonesia (Dekopi), Anton Apriantono mengatakan, perlu memotong rantai pasok dalam industri kopi. Dengan begitu, ia berharap harga kopi di tingkat petani bisa meningkat.

Ditemui dalam acara Festival Kopi di Intermark Indonesia BSD Serpong. dirinya mengatakan "Jadi selama ini yang menjadi masalah adalah harga di tingkat petani murah akibatnya petani kurang bergairah,"

Hal ini cukup disayangkan mengingat luas perkebunan kopi di Indonesia adalah yang terluas di dunia mencapai lebih dari 1 juta hektare. Sayangnya, petani yang kurang bergairah berdampak pada rendahnya produktivitasnya kopi tersebut.

"Harusnya tidak jomplang," Ia mencontohkan harga segelas kopi di kedai yang mencapai puluhan ribu tidak adil dengan harga kopi ditingkat petani yang hanya Rp 8.000 per kg. Meski ia menyadari ada proses dan rantai pasok dari petani hingga konsumen.

"Karena harganya tidak menarik, petani bertanam kopi seadanya, tidak intens. Perkebunan kopinya kurang diurus dengan baik," ujar dia. Kementan akan Kembangkan Kopi Mirip Konsep Program Jagung.

Ia pun melihat perbaikan harga komoditas jagung yang bisa ditiru pada kopi. Dengan perbaikan harga di tingkat petani, bukan tidak mungkin untuk meningkatkan kualitas dan terus mendorong ekspor.

Diakui Anton, dalam kurun waktu dua tahun terkahir terjadi peningkatan ekspor meski tidak signifikan. Bahkan ekspor Indonesia masih jauh dibanding negara lain terutama Vietnam. Saat ini ekspor kopi berada di angka 300 ribu ton dari total produksi 600 ribu ton.

"Kira-kira 50 persen untuk ekspor," katanya.

Selain mengharapkn harga di tingkat petani yang membaik, Dekopi mendorong agar petani nantinya mampu menjual kopi dengan nilai tambah tinggi. Bukan lagi menjual gelondongan mentah. Setidaknya, ia melanjutkan, petani menjual kopi yang sudah dikupas kering.

Petani juga diharapkan untuk membentuk kelompok tani maupun koperasi. Alasannya, untuk memperkuat kualitas dan produksi dalam memenuhi kebutuhan eksportir. "Bahkan kalau bisa sudah diroasting atau dijual dalam bentuk bubuk," ujar dia.

Untuk diektahui, Dekopi yang baru terbentuk tahun ini ditargetkan rampung menyusun program jangka pendek, program menengah dan program jangka panjang bulan depan. Meski penyusunan program terus dilakukan, pekan depan pihaknya akan menghadirkan eksportir, petani dan berbagai pihak terkait yang nantinya akan dijembatani Kementerian Pertanian dalam kemudahan pembiayaan perbankan.

"Sehingga nanti harga di tingkat petani bisa lebih baik," tambahnya.

Sumber : Republika
Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar

Berita Terkini

Perbaikan Jalan Majalengka - Dawuan Dimulai, Anggaran Rp1,096 Miliar dari DBH

MAJALENGKA, JMI - Pemerintah Kabupaten Majalengka melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) tengah memulai proyek pemel...