WWW.JURNAL MEDIA INDONESIA.COM

Mendalami Sila Kelima : Menghindari Arogansi Mayoritas

Nasaruddin Umar
JMI.Com - Sifat, sikap, dan peri­laku yang menampilkan arogansi atau kesombon­gan mayoritas terhadap warga minoritas jelas tidak sesuai dengan spirit Pancasila dan jiwa agama. Kelompok ini seolah-olah menganggap kelompok minoritas, baik agama maupun etnik, se­bagai warga negara kelas dua yang dapat diperlakukan sebagai kelompok marginal.

Kelompok minoritas dianggap tidak boleh memiliki hak melebihi kelompok mayoritas, dan mereka tidak segan-segan melakukan sikap dan tindakan tidak terpuji terhadap kelompok minoritas. Mereka selalu mem­peratasnamakan diri sebagai kelompok mayoritas untuk meminta hak-hak istimewa di dalam masyarakat. Mereka tidak rela jika kelompok mayoritas tidak memperoleh hak-hak istimewa di wilayah atau negerinya den­gan menyebut prestasi sejarah perjuangan mereka.

Jika mereka melakukan demikian secara wajar, tidak melanggar kaedah-kaedah mor­al dan kebangsaan, maka sesungguhnya masih bisa ditolerir. Yang menjadi masalah jika ia selalu memperatasnamakan kelom­pok mayoritas di dalam melakukan berba­gai tindakan intimidatif, termasuk tindakan kekerasan, seperti penyerbuan, perusakan, penyegelan, dan penghancuran. Padahal, belum tentu mayoritas yang diperjuangkan­nya setuju dengan berbagai cara yang di­lakukan.

Di dalam Islam, konsep mayoritas (akt­sariyyah) dan monoritas (aqaliyyah) sudah lama diperkenalkan di dalam Al-Qur’an. Namun konsep mayoritas-minoritas terse­but bukan hanya mengacu kepada kuan­titas dalam arti jumlah tetapi juga kualitas. Boleh jadi dalam suatu saat ada golon­gan termasuk minoritas secara kuantitas tetapi mayoritas atau dominan di dalam masyarakat.

Sebaliknya ada golongan mayoritas se­cara kuantitatif tetapi minoritas secara kualitatif, misalnya disebutkan dalam ayat: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah be­serta orang-orang yang sabar." (Q.S. al- Baqarah/2:249).

Sementara di tempat lain ada golongan meyoritas secara kuantitatif dan secara kualitatif dan ada golongan minoritas se­cara kuantitatif dan kualitatif, misalnya dis­ebutkan dalam ayat: Dan ingatlah (hai para muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan men­culik kamu, maka Allah memberi kamu tem­pat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur. (Q.S. al-Anfal/8:26).

Al-Qur'an juga mengisyaratkan bahwa wacana, isu, dan sekaligus solusi menga­tasi problem relasi mayoritas-minoritas su­dah diisyaratkan di dalam beberapa ayat, antara lain: Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan ke­cil dari orang-orang yang kemudian. (Q.S. al-Waqi'ah/56:13-14). Al-Qur'an juga sudah mengisyaratkan relasi antar golongan di dalam masyarakat, harus diambil manfaat­nya dengan cara menekankan aspek "per­temuan" (encounters), bukannya meneka­nkan aspek negatif (conflict), sebagaimana diisyaratkan di dalam Q.S. A-Hujurat/49:13.

Golongan manapun, baik mayoritas mau­pun minoritas, diminta untuk berbaik sangka antara satu sama lain, sebagaimana disebut­kan dalam Q.S. al-Hujurat/49:12. Jika petun­juk di dalam Al-Qur'an diimplementasikan di dalam masyarakat sudah barang tentu akan lahir sebuah masyarakat ideal. Kita menghim­bau sebagai sesama warga negara untuk tidak melakukan sikap arogansi mayoritas ter­hadap kelompok minoritas.

JMI/Rmol/Red
Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar

Berita Terkini

As-Syifa Gelar Media Gathering Bersama Para Awak Media Subang di Camping Ground As-Syifa, Sekaligus Kenalkan SMK IT AS-SYIFA Boarding School Kampus 4

Subang, JMI - Yayasan As-Syifa Al-Khoeriyyah melalui Departemen Humas Media kembali menggelar acara tahunan Media Gathering Bertempat di ar...