WWW.JURNAL MEDIA INDONESIA.COM

Dedi Mulyadi: Tidak Ada Yang Patut Disombongkan


JMI - Bakal Calon Wakil Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi memenuhi undangan tokoh masyarakat Desa Cikadut, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Selasa malam (30/1). Daerah ini diketahui termasuk salah satu basis masyarakat religius di Jabar.

Dedi Mulyadi, kader terbaik Nadhatul Ulama di Purwakarta itu tidak hadir sendirian. Dia membawa serta karavan seni Emka9 dan pelawak Sunda Ohang untuk menghibur warga sekitar.

Format dakwah Walisongo rupanya menjadi referensi bagi Dedi Mulyadi untuk menyampaikan filosofi dan makna salat yang biasa dilakukan oleh seorang muslim. Berbicara dengan menggunakan logat seorang dalang, Bupati Purwakarta dua periode tersebut menjelaskan makna rukun salat secara gamblang.

Ribuan warga yang hadir di lapangan desa tersebut tampak terkesima menyimak paparan dari Dedi Mulyadi.

"Niat dan takbiratul ihram itu mengajarkan kita berserah diri kepada Allah SWT. Saat sudah takbiratul ihram itu kita harus menjaga pandangan mata, menjaga pendengaran, menjaga perkataan, menjaga indera penciuman. Perkataan dan suasana hati pun harus kita jaga selama dalam salat," tutur Dedi Mulyadi.

Usai menjelaskan niat dan takbiratul ihram, Dedi Mulyadi menjelaskan makna rukuk. Menurut dia, rukun salat yang dilakukan dengan cara membungkukan badan dan punggung harus rata bagai papan itu mengandung falsafah toleransi.

Selain itu, pria beriket Sunda jenis makutawangsa tersebut menelaah, dalam rukuk sejatinya terdapat makna saling menghormati sesama makhluk.

"Membungkukan badan itu tanda harus saling menghormati, antar sesama manusia, bahkan sesama makhluk. Tidak ada tinggi dan rendah, semua sejajar. Bedanya, tergantung ketaqwaan di hadapan Allah SWT," katanya.

Dalam persfektif Dedi Mulyadi, sujud memiliki makna tersendiri karena terdapat dua hal yang memiliki unsur sama kemudian bertemu. Unsur tersebut adalah tanah. Saat sujud, seorang muslim diharuskan menempelkan dahinya di atas tanah atau tempat shalat.

Sebagaimana diketahui, secara teologi, Islam memberikan informasi melalui wahyu bahwa manusia tercipta dari tanah.

"Sujud itu bagian dari pelajaran bahwa kita harus mengenal diri sendiri. Kita diciptakan dari tanah dan akan kembali kepada tanah. Tidak ada hal yang patut kita sombongkan," ujar Dedi Mulyadi.

Prosesi duduk diantara dua sujud pun tidak luput dari perhatian Dedi Mulyadi. Kata dia, rukun tersebut merupakan simbol keseimbangan hidup makhluk di antara Qadha dan Qadar.

"Hidup ini harus ajeg, penuh dengan keyakinan bahwa ada Qadha dan Qadar Allah SWT yang mengatur kehidupan kita," tuturnya.

Terakhir, suami Anne Ratna Mustika itu menjelaskan makna salam. Dia mengatakan bahwa salam merupakan perintah menjalankan tugas kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari.

"Jadi orang harus mau melihat sesama. Tengok kanan, tengok kiri, ada tidak tetangga yang kelaparan," kata Dedi Mulyadi yang berpasangan dengan Deddy Mizwar ini.

Selama berada di atas panggung, Dedi Mulyadi ditemani oleh salah seorang warga bernama Mulyono (43). Buruh tani asal Purworejo tersebut kini sudah menjadi warga daerah tersebut karena menikah dengan wanita Sunda asal desa itu.

JMI/Red
Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar

Berita Terkini

KPU Subang Menggelar Debat Publik Kedua, Diikuti Tiga Paslon Pilkada Subang 2024

Subang, JMI - Komisi pemilihan umum (KPU) kabupaten Subang menyelenggarakan Debat publik kedua calon Bupati dan wakil bupati Subang tahun 2...