WWW.JURNAL MEDIA INDONESIA.COM

Jangan Remehkan Potensi Padi Ladang


JMI.Com - Luas panen padi ladang tahun 2017 ini mencapai 1.155.729 hektar atau 7,3 persen dari total luas panen padi di Indonesia.

Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP), Haris Syahbudin menyatakan, walau tidak mencapai 10 persen, potensi padi ladang tidak bisa diremehkan.

Persoalannya, jelas dia, usaha tani padi ladang seringkali dihadapkan pada berbagai masalah yang menyebabkan produktivitas lebih rendah dibanding padi sawah seperti, rendahnya tingkat kesuburan tanah, terbatasnya air dan penggunaan pupuk organik oleh petani, serta tingkat kemasaman tanah yang rendah.

"Petani umumnya menggunakan varietas padi lokal yang umurnya relatif lebih panjang dan produktivitasnya lebih rendah,” kata Haris, Rabu (27/12).

Meski demikian, Haris yakin optimalisasi lahan kering dapat dilakukan dengan penggunaan varietas unggul baru seperti Inpago 8, Inpago 9, Inpago 10, dan Inpago 11, dan Inpago 12 Agritan. Selain berumur lebih pendek dan tahan penyakit tertentu, bibit unggul tersebut juga memiliki potensi hasil yang cukup tinggi. Di Provinsi Jambi tepatnya di Kabupaten Bungo, masih kata Haris, pengkajian yang dilakukan BPTP Balitbangtan Jambi melalui Kegiatan Peningkatan Indeks Pertanaman padi ladang dengan menggunakan Inpago delapan mencapai rata-rata hasil pada saat panen 5,28 ton gabah kering panen per hektar, sedangkan hasil sebelumnya hanya 3.68 ton per hektar atau terjadi peningkatan produksi sebesar 42,7 persen.

"Penerapan varietas tersebut juga telah mengubah pola tanam yang ada, yang semula palawija-bera-padi, menjadi palawija-padi-padi," ujarnya.

Pengkajian peningkatan IP pada lahan kering di Kabupaten Bungo ini dilakukan melalui serangkaian rekayasa teknologi yang meliputi penggunaan varietas unggul super genjah (VUSG)/varietas unggul genjah (VUG) berumur 90-104 hari setelah sebar, berproduksi tinggi, teknologi hemat air, tanam benih langsung, dan pengembangan sistem monitoring dini.

Di Provinsi Bangka Belitung tepatnya di Desa Kimak, Kecamatan Merawang, Kab. Bangka, dengan areal 100 hektar rata-rata produktivitas panen inpago delapan mencapai 5.3 ton per hektar. Sedangkan di wilayah Kabupaten Aru, Maluku, penerapan beberapa varietas Inpago yang dipadukan dengan penerapan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) menghasilkan 3,5 ton gabah kering panen per hektar.

Haris menjelaskan, saat ini petani sedang menikmati musim panen padi ladang merah varietas lokal 'Balok' di Desa Maras Kabupaten Bangka dengan luasan ladang hingga 70 hektar. Demikian juga di wilayah Bangka Barat, tepatnya di Desa Nibung dan Desa Sangku, kecamatan Tempilang, serta Desa Mancung dan Desa Pangkal Beras Kecamatan Kelapa pada luasan 108 hektare

Tak hanya mengandalkan penggunaan VUB, masih kata Haris, upaya meningkatkan hasil padi ladang juga dilakukan dengan menerapkan komponen teknologi lain.

Ia juga menyebutkan, saat ini Balitbangtan tengah merakit budidaya padi lahan kering/ladang yang dikenal dengan sistem tanam Larikan Padi Gogo Super atau dikenal dengan LARGO Super. Perakitan LARGO Super tengah dilakukan Jawa Tengah dan Jawa Barat. Di Provinsi Jawa Tengah percontohan Largo Super dilaksanakan pada areal 100 hektar di Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Beberapa desa di Kecamatan Puring dinilai memiliki potensi lahan kering terbuka dan lahan tegakan kelapa dengan intensitas naungan kurang dari 50 persen.

Sementara itu di Jawa Barat padi jenis LARGO Super ditanam di Desa Cigendel, Kecamatan Pemulihan, Kabupaten Sumedang. Di Kabupaten ini potensi lahan kering mencapai 42.686 hektar. Uji coba dilaksanakan pada lahan seluas 5 hektar.

"Meskipun saat ini masih dalam fase pertumbuhan, namun sudah banyak petani yang berminat untuk mengembangkan Largo Super pada Musim Tanam II yang akan dilaksanakan Februari 2018 mendatang dengan luas sekitar 15 hektar," pungkas Haris.

Diwawancara terpisah, Kepala BPTP Balitbangtan Bangka Belitung, Wahyu Wibawa mengatakan, meskipun produktivitas beras lokal ‘Balok” masih rendah namun harga jual beras merah ditingkat petani cukup mahal dengan kisaran harga mencapai Rp 13 ribu - Rp 15 ribu per kilogram.

“Hal ini menjadi potensi pengembangan beras merah di Bangka Belitung,” kata Wahyu.

JMI/Rmol/Red
Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar

Berita Terkini

"Kampanye Karna Sobahi dan Koko Suyoko: Wujudkan Majalengka Maju, Cerdas, dan Religius di Enam Desa!"

Majalengka, JMI – Pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati nomor urut 2, Karna Sobahi dan Koko Suyoko, kembali menyita perhatian p...