JMI.Com – Kamis, 07/12/2017 10:03 WIB
Frankfurt, JMI.Com - Saham-saham Jerman ditutup lebih rendah pada Rabu (6/12), dengan indeks acuan DAX-30 di Bursa Efek Frankfurt turun 49,69 poin atau 0,38 persen, menjadi 12.998,85 poin.
Produsen otomotif Volkswagen menderita kerugian paling besar (top loser) di antara saham-saham unggulan atau "blue chips", dengan sahamnya merosot 2,79 persen.
Diikuti oleh saham Deutsche Post dan Commerzbank, yang masing-masing turun 2,27 persen dan 2,22 persen.
Sementara itu, perusahaan media massa Eropa ProSiebenSat.1, mencatat keuntungan paling besar (top gainer) di antara saham-saham unggulan, dengan sahamnya meningkat 2,74 persen.
Diikuti oleh saham perusahaan perawatan kesehatan Fresenius SE dan penyelenggara pasar untuk perdagangan saham dan sekuritas Deutsche Boerse, yang masing-masing naik 1,46 persen dan 1,25 persen.
Perusahaan kimia dan farmasi multinasional Jerman Bayer adalah saham yang paling banyak diperdagangkan sepanjang hari dengan nilai transaksi mencapai 283,80 juta euro (335,36 juta dolar AS). Demikian laporan Xinhua.
Antara/Red
 |
| Pialang bekerja di depan layar indeks harga saham DAX, di bursa saham, di Frankfurt, Jerman, Selasa (18/7/2017). (REUTERS/Staff/Remote) |
Produsen otomotif Volkswagen menderita kerugian paling besar (top loser) di antara saham-saham unggulan atau "blue chips", dengan sahamnya merosot 2,79 persen.
Diikuti oleh saham Deutsche Post dan Commerzbank, yang masing-masing turun 2,27 persen dan 2,22 persen.
Sementara itu, perusahaan media massa Eropa ProSiebenSat.1, mencatat keuntungan paling besar (top gainer) di antara saham-saham unggulan, dengan sahamnya meningkat 2,74 persen.
Diikuti oleh saham perusahaan perawatan kesehatan Fresenius SE dan penyelenggara pasar untuk perdagangan saham dan sekuritas Deutsche Boerse, yang masing-masing naik 1,46 persen dan 1,25 persen.
Perusahaan kimia dan farmasi multinasional Jerman Bayer adalah saham yang paling banyak diperdagangkan sepanjang hari dengan nilai transaksi mencapai 283,80 juta euro (335,36 juta dolar AS). Demikian laporan Xinhua.
Antara/Red
0 komentar :
Posting Komentar